“Gil Do menciptakan surganya sendiri. Seiring dengan restorannya yang semakin berkembang, sifatnya juga semakin mirip dengan monster…”
— Moo Myung —
Moo Myung (Chun Jung Myung), masuk ke sebuah restoran mie. Seraya berjalan, matanya menatap ke seluruh isi ruangan. Langkahnya terhenti kemudian ia duduk di salah satu meja dan menunggu pesanan mie-nya datang. Dalam benaknya ia berkata, semua orang pasti memiliki sebuah kenangan indah tentang mie, ‘Janchi Guksu’ yang biasa dimakan oleh pengantin baru pada hari pernikahannya ataupun ‘hot garak guksu’ yang akan dimakan oleh para prajurit di hari pertama mereka masuk akademi militer.
Pesanannya tiba, ‘the royal pheasant buckwheat noodles { trans: Mie Kerajaan Burung Soba(?) }’ adalah nama mie yang dipesannya.
“Ketika kamu memakan mie, kamu harus menghargai aromanya terlebih dahulu……, kemudian rasanya…., dan terakhir menghargai ide sehingga tercipta mie tersebut….” Moo Myung
Ia teringat akan cita rasa mie yang sering dibuatkan oleh orang tuanya dulu. Baginya, mie buatan ayahnya adalah mie paling lezat yang pernah dirasakannya. Sayangnya, kedua orang tuanya telah dibunuh…
“Mereka dibunuh oleh Kim Gil Do….” Moo Myung
Detik itu juga, sosok pria yang bernama Kim Gil Do itu muncul dan berjalan ke arahnya. Tak ada obrolan serius diantara mereka. Ia tersenyum ramah dan bertanya apakah mie yang disajikan di restorannya itu enak. Moo Myung tersenyum kecil dan mengakui jika mie tersebut memang enak.
Gil Do terdiam sejenak, kemudian bertanya apakah sebelumnya mereka pernah bertemu karena muka Moo Myung serasa tak asing baginya.
“Ini yang keempat kali……” gumam Moo Myung dalam hatinya. Sedangkan dengan mulutnya, ia mengatakan bahwa ini adalah pertemuan mereka yang pertama kalinya.
“Oh… kalau begitu lain kali silahkan datang kembali kesini. Terimakasih…” ucap Gil Do dengan ramah.
Moo Myung, membalikan badannya dan mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Dalam hatinya, ia berkata, “Aku akan kembali…. untuk membunuhmu”
———- { Episode 1 } ———-
Diawali dengan menceritakan kisah Kim Gil Do kecil hingga dewasa yang diiringi oleh suara narasi Moo Myung.
“Kim Gil Do…. bisa meniru apa yang dilihatnya hanya dalam sekali lihat saja…. ” Moo Myung
[ Tahun 1970 ]
Gil Do kecil, dimarahi oleh seorang pedagang karena dianggap hendak mencuri dagangannya. Namun, dengan sangat meyakinkan ia menangis tersedu-tersedu, kemudian menceritakan kebohongan mengenai kisah hidupnya hingga membuat pedagang itu malah menjadi iba dan bersimpati kepadanya dan memberikan bakpau yang dijualnya secara cuma-cuma.
Gil Do menceritakan jika ayahnya sudah meninggal (padahal masih hidup), begitupun juga ibunya (ibunya melarikan diri). Ia memiliki kakak dan adik yang selalu menangis seharian karena kelaparan (ia adalah anak tunggal)….
“Apapun yang Kim Gil Do katakan adalah BOHONG. Namun, orang-orang selalu percaya padanya, kecuali satu orang….” Moo Myung
Gil Do dengan lahap memakan bakpau yang barus saja didapatkannya itu. Namun, Tuan Kim yang merupakan ayahnya muncul dalam keadaan mabuk berat dan langsung menjewer Gil Do seraya berkata, “Aku bilang jangan mencuri makanan! Dasar anak sialan!”
“Aku tidak mencurinya! Seseorang memberikannya kepadaku…” ucap Gil Do seraya menahan kesakitan
“Kamu bukan pengemis! Ikut denganku” tegas Tuan Kim seraya menyeret Gil Do ke dalam rumah
“Tuan Kim tidak percaya semua hal yang diakatakan Gil Do. Entah itu kebenaran atau kebohongan ” Moo Myung
Tuan Kim dengan membabi buta menyiksa Gil Do. Dengan sebuah gesper, ia mencambuk badan anaknya itu berkali-kali. Hal itu terus terjadi berulang kali hingga Gil Do beranjak remaja dan itu membuatnya sudah terbiasa menerima semua siksaan dari ayahnya itu.
“Tuan Kim… akan memukul Gil Do setiap kali dia memikirkan istrinya yang lari dari rumah. Dan dia juga tetap memukulinya meskipun ia sedang tak memikirkan istrinya itu.” Moo Myung
Suatu malam ketika dibawah salju yang turun begitu deras, Gil Do remaja ( Baro ) melihat sosok ayahnya yang tergeletak begitu saja, ia tak mau mendekati atau memanggil nama ayahnya sekalipun. Dengan ekspresi wajah yang datar ia hanya melihatnya seraya menikmati bakpau yang dipegangnya. Saat melihat kepala ayahnya menoleh kearahnya ia malah menutup pintu begitu saja…..
———————————————————————–
[ Tahun 1980 ]
Kita lupakan Gil Do yang selalu disiksa habis-habisan oleh ayahnya. Sekarang ia bekerja di pasar yang sangat ramai dengan orang yang berlalu lalang. Tiba-tiba sepasang kekasih datang menghampirinya, si pria bertanya apakah Gil Do menjual album Pink Floyd “Umma Gumma”, namun Gil Do nampaknya sama sekali tak tahu tentang album itu. Sontak saja, sepasang kekasih itu langsung menertawakannya dan pergi ke toko yang sekiranya menjual benda yang dicarinya. Gil Do terdiam sembari memerhatikan sosok pria yang baru saja menertawakannya itu, nampak jelas jika ia sedang memikirkan ‘sesuatu’….
“Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu ingin menirunya. Tidak,… kamu ingin mengubah segalanya dari dirimu. Mencuri! Menukar! Dan kemudian menirunya!” Moo Myung
Dan benar saja, Gil Do mencuri ID card pria itu dan mengganti fotonya dengan foto dia sendiri. Tak hanya sampai disitu, dalam kehidupannya sehari-hari pun ia mengubah penampilannya sehingga mirip pria itu. Dengan kemampuan ‘imitasi’-nya itu ia bisa bersenang-senang dan bergaul dengan wanita cantik persis seperti yang dilakukan pria itu sebelumnya.
Suatu hari, ia melihat sebuah selebaran yang isinya mencari seorang guru tutor yang kuliah di Universitas Nasional Seoul, yang akan diberikan bayaran yang besar. Tak mau membuang kesempatan emas, ia memberanikan diri untuk mendatangi alamat yang tertera pada selebaran itu, meskipun hanya dengan modal sebuah ID card palsu.
Tak disangka-disangka, ia malah masuk ke kandang harimau. Karena, pemilik rumah itu adalah seorang petinggi militer yang sangat amat tegas. Ia meminta Gil Do untuk mengajari anaknya agar bisa masuk ke Universitas Seoul. Jika Gil Do berhasil, ia akan mendapatkan sebuah hadiah berupa mobil. Namun, jika gagal ia akan membunuh Gil Do saat itu juga.
Mengetahui jika posisinya sekarang terancam, Gil Do kembali melakukan aksi nekatnya dengan menyelinap masuk ke ruang kerja tuannya dan berhasil mencuri uang dan sebuah dokumen rahasia dari brankas. Naas, pembantu di rumah itu memergokinya tepat saat itu juga.
Dengan tatapan yang sangat amat tajam, Gil Do berjalan mendekat ke arah pembantu itu sambil berkata jika dirinya akan mengembalikan uang itu, asalkan tindakannya ini tidak dilaporkan kepada tuan. Namun, secara sembunyi-sembunyi ia mengambil asbak keramik yang disembunyikan di belakang punggungnya. Dalam kepalanya ia mulai menghitung “satu….. dua…..”, dan tepat pada hitungan ketiga ia langsung memukul kepala pembantu itu hingga terkapar di lantai dengan bersimbah darah.
Gil Do berhasil melarikan diri. Ia berjalan di pelabuhan dan berpapasan dengan seorang perwira. Lagi…. ia mengubah identitasnya, kali ini ia berubah menjadi seorang perwira, mengenakan seragam yang gagah yang dihormati oleh semua orang. Langkah kakinya terhenti ketika ia melihat sebuah selebaran yang tertempel foto dirinya dan bertuliskan “Dicari! Seorang pencuri dan pembunuh….”
Namun, Gil Do menanggapi hal itu dengan sangat tenang. Kali ini ia mengubah identitasnya menjadi seorang pilot. Ia masuk ke dalam hotel dan saat keluar, ia sudah merubah lagi penampilanya.
Tak disangka-sangka, sebuah mobil tamu VIP berhenti di depannya dan turunlah seorang petinggi militer yang ternyata adalah tuan yang ia curi uangnya. Ia berusaha untuk menghindar, namun tuan itu menyadari siapa orang yang ada dihdapannya ini. Tanpa fikir panjang, Gil Do langsung melarikan diri dan hebatnya, lai-lagi ia berhasil lolos.
———————————————————————–
[ Tahun 1983 ]
Di tengah salju yang turun lebat, kita melihat sosok Gil Do yang berjalan sendirian dan melihat sebuah rumah kecil di tengah hutan. Di dalam rumah itu, ada seorang pria yang sedang sibuk membuat mie.
“Ha Jung Tae, tergila-gila pada mie. Dia adalah ayahku…” Moo Myung
Gil Do menghampiri rumah itu dan mengetuk pintunya berkali-kali
“Berpura-puralah kamu tidak mendengarnya! Jangan membuka pintu! ” Moo Myung
Sayang, ayahnya yang masih sangat muda dan polos itu membukakan pintu dan harus bertemu dengan sosok Kim Gil Do yang nampaknya telah membeku kedinginan saat itu.
“Ayahku yang kesepian dan Gil Do yang membutuhkan tempat untuk bersembunyi…” Moo Myung
Dari situlah hubungan antara Jung Tae dan Gil Do dimulai. Tanpa mencari tahu lebih lanjut mengenai siapa sebenarnya Gil Do, Jung Tae malah langsung menerimanya begitu saja dan memperlakukannya dengan sangat baik layaknya keluarga sendiri. Ia mengajarinya cara memasak mie. Gil Do selalu berusaha untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh Jung Tae. Namun, ada satu hal yang sangat sulit untuk ditirunya yaitu kemampuan Jung Tae untuk menyentuh air mendidih dengan telapak tangannya secara langsung. Meskipun demikian, kali ini Jung Tae tidak memiliki ambisi yang ‘kejam’, untuk pertama kalinya ia diterima dengan sangat baik oleh seseorang dan ini membuatnya semangat untuk bekerja keras dengan cara yang benar.
Melihat kerja keras Gil Do, Jung Tae pun berjanji untuk mengajaknya makan di sebuah restoran mie terkenal di Masan.
Ternyata, restoran mie itu sangat laris dan dipadati oleh banyak orang yang hendak makan disana. Jung Tae dan Gil Do duduk kemudian mencicipi mie disana. Sembari makan, Gil Do menguping pembicaraan pria di sampingnya yang menceritakan bahwa pemilik restoran mie ini sedang mencari penggantinya yang sekaligus akan menjadi suami untuk putrinya yang memang sangat cantik. Sekilas terlihat ekspresi ‘jahat’ Gil Do seakan-akan muncul lagi.
Saat perjalanan pulang, dalam kereta Gil Do mengobrol dengan Jung Tae dan menyarankan agar Jung Tae segera memulai bisnis mie. Menurutnya, mie yang Gil Do ciptakan tak kalah enak dengan mie yang mereka cicipi barusan. Jung Tae menolak, karena ia hanya akan memulai bisnisnya ketika resep ‘the royal pheasant buckwheat noodles’-nya telah sempurna.
“Apanya lagi yang harus disempurnakan Jung Tae?….” Gil Do
“Nanti, ketika kamu sudah menghitung uang saat membuat adonan, perhatianmu aan teralihkan…” Jung Tae
Keesokan harinya, Jung Tae membeli bahan baku untuk mie-nya di sebuah toko. Namun, ia dibuat terkejut ketika melihat di depan pintu toko tersebut, terdapat sebuah selebaran yang tertempel foto Gil Do yang isinya menuliskan jika Gil Do adalah seorang buronan yang melakukan kejahatan pencurian sekaligus pembunuhan.
Jung Tae nampaknya sangat terkejut dan tak percaya akan hal ini. Ia tak berkata apapun dan mengambil selebaran itu bersamanya.
Saat sampai di rumah, ia memilih untuk tak mengatakan apapun dan bersikap seperti biasanya. Saat Gil Do berjalan ke arahnya, tak ada tatapan marah atau kekecewaan di matanya, ia memilih untuk melupakan apa yang dilihatnya barusan.
Gil Do ingin meminjam kunci, dan Jung Tae yang sedang sibuk menyiapkan tungku api menyuruh Gil Do untuk mengambil kunci itu di saku jaketnya. Beberapa detik kemudian, Jung Tae ingat jika dirinya menyimpan selebaran tadi di saku jaketnya. Takut terjadi salah faham, ia langsung berlari untuk mengambil jaketnya. Namun, baru setengah jalan, Gil Do sudah lebih dulu menemukan kunci tersebut dan dengan santai mengatakan jika kunci itu tergeletak di meja dan bukan di saku jaket Jung Tae.
Setelah melihat Gil Do pergi, Jung Tae langsung masuk ke dalam dan segera mengambil selebaran itu dari jaketnya. Takut kejadian seperti ini terulang lagi di kemudian hari, ia pun langsung membakar selebaran itu.
Jung Tae tertidur dan kemudian terbangun ketika Gil Do pulang. Rasa canggung mulai tercium diantara mereka. Tiba-tiba, Gil Do mengajak Jung Tae pergi ke tebing gunung karena katanya ia mendengar bahwa disana banyak jamur yang bisa ambil yang tentunya bisa digunakan sebagai bahan pelengkap mie.
Raut wajah cemas, nampak jelas di wajah Jung Tae. Namun, ia tetap berusaha untuk berfikir positif dan mengiyakan ajaan Gil Do. Mereka pergi ke sebuah tebing di tengah hutan yang sangat sepi. Gil Do berinisiatif mengikatkan tali ke pohon dan hendak turun ke bawah sendirian. Namun, Jung Tae menahannya dan meminta agar dirinya saja yang turun ke bawah, karena bagaiamanapun juga hal ini terlalu berbahaya untuk Gil Do yang belum berpengalaman.
Meskipun sudah mencium ada suatu hal yang tidak beres dengan Gil Do, Jung Tae tetap memberanikan diri untuk turun ke bawah dan mengambil jamur-jamur yang tumbuh di sana. Saat akan naik ke atas lagi, hal yang kita perkirakan ternyata terjadi. Gil Do yang licik dan keji memang tidak pernah berubah, ia mengeluarkan pisau kemudian memotong tali yang menjadi satu-satunya pegangan Jung Tae. Tanpa rasa bersalah sedikitpun ia hanya melihat temannya yang jatuh ke dalam jurang, kemudian pergi mennggalkannya begitu saja.
Gil Do kembali ke rumah, sambil tersenyum ia membaca catatan resep ‘the royal pheasant buckwheat noodles’ yang telah dibuat oleh Jung Tae selama bertahun-tahun.
Sementara itu, tubuh Jung Tae yang tergeletak di dasar tebing secara tak sengaja ditemukan oleh seorang perempuan yang nampaknya juga sedang memetik beberapa tumbuhan disana.
Untuk kesekian kalinya (dan mungin untuk terakhir kalinya?), Gil Do merubah identitasnya. Kali ini ia bukan hanya sekedar memalsukan ID Card, melainkan ia mengambil seluruh dokumen dan kehidupan pribadi Ha Jung Tae.
Dengan percaya diri, ia mendatangi restoran mie “Chimyeon” dan memulai hidupnya yang baru dengan identitas Ha Jung Tae.
“Ayahku selamat dari kematian. Tapi, dia hilang ingatan. Dia hanya ingat dimana dia tinggal dulu. Kim Gil Do mencuri resep ‘the royal pheasant buckwheat noodles’ dan menjadi penerus restoran Chimyeon” Moo Myung
———————————————————————–
Pingback: THE MASTER OF REVENGE Episode 1 Part 2 | my-eternalstory
Pingback: Sinopsis Master : God Of Noodles Episode 1 - Terakhir « Kdramastory
Pingback: Sinopsis Master God of Noodles 1- 20 Lengkap | Kumpulan Sinopsis
Pingback: SINOPSIS Master God of Noodles Episode 1 - Terakhir
Pingback: SINOPSIS Master God of Noodles Episode 1 - 20 Lengkap | SaraNouva.Com
Pingback: Sinopsis Master God Of Noodles Episode 1 - 20 Lengkap - Ganool Box Office
Pingback: SINOPSIS The Master of Revenge Episode 1 – 20 Terakhir - DramaBest