“Ketika sebuah kenangan memudar, maka yang tersisa hanyalah memori saat-saat bahagia. Kamu hanya ingin mengingat kenangan yang indah dan sisanya ingin dilupakan. Tapi… jika kamu menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya, maka kenangan sisa yang terlupakan akan kembali lagi sebagai mimpi buruk, kata-kata yang kamu ucapkan akan berubah menjadi pedang yang akan menusukmu”
— Moo Myung —
Dengan senyuman jahatnya, pak kepala panti berkali-kali mengatakan jika nama asli Moo Myung adalah ‘Choi Soon Seok’. Moo Myung tak menunjukkan respon yang berlebihan, ia berusaha untuk tidak terkejut dan mengatakan jika dirinya sama sekali tak mengenal orang dengan nama tersebut.
“Ya sudahlah kalau begitu. Tapi, mengapa wajahmu terlihat emosi ketika aku menyebut nama itu? Lagipula, jika memang kamu itu Choi Soon Seok, siapa tahu aku bisa membantu untuk mencari orang tuamu?” ucap Pak kepala panti
“Orang tuaku sudah meninggal! Jadi, jangan pernah sekalipun menyinggung hal itu lagi!” tegas Mooo Myung
“Aneh! Kamu tidak tahu siapa nanamu, tapi kamu tahu jika orang tuamu sudah meninggal” celetuk Pak Kepala panti yang langsung beranjak pergi meninggalkan Moo Myung.
Moo Myung terdiam sejenak, ia teringat jikalau satu-satunya orang yang mengetahui nama itu hanyalah Kim Gil Do. Sadar identitasnya terancam terbongkar, ia langsung berlari menuju ruangan pak kepala panti untuk mengambil foto kecilnya yang tersimpan di rak lemari kaca. Sial, ia tak bisa masuk ke ruangan itu sekarang karena ada pak kepala panti disana.
———————————————————————–
Istri Kim Gil Do, Go Gang Sook sedang bermain golf bersama para koleganya. Sebelum memukul bola, Gang Sook sangat serius dalam memperkirakan bagaimana dan akan seperti apa caranya memukul, hingga membuat salah satu wanita disana berkomentar, “Dia itu sedang menggoda bolanya atau apasih? Sudah pukul saja bolanya!”
Gang Sook langsung memukul bolanya dan berhasil. Semua orang disana bertepuk tangan dan memuji kehebatannya.
“Teknik menggodaku berhasil” ucap Gang Sook sinis
Ia langusng memanggil wanita yang tadi mengomentarinya itu. Tanpa mau mendengarkan alasan apapun, Gang Sook dengan sinisnya, menyuruh wanita itu untuk pergi dari tempat ini sekarang juga.
Tiba-tiba ia mendapat telpon yang mengabarinya mengenai kondisi ayahnya, Tuan Go. Sesampainya di Rumah Sakit ia duduk di depan ruang operasi ditemani salah satu pelayannya. Kepada pelayannya, ia bertanya diamana Gil Do. “Saya suah menghubunginya, jadi beliau pasti sedang dalam perjalanan sekarang” jawab si pelayan.
Ternyata, Kim Gil Do masih sibuk untuk mengurus hal lainnya. Ia menemui Tuan Seo di Rumah Sakit, dan secara seenaknya mengambil cap jari Tuan so untuk surat persetujuan pemindahtanganan hak atas sebidang tanah. Tuan Seo yang sekujur tubuhnya dibalut oleh perban tak bisa berbuat apa-apa, bahkan istrinya yang berada disampingnyapun hanya bisa menagis tersedu-sedu melihat hal itu.
“Tanah tidak memiliki kaki, makanya tidak bisa kabur. Hanya kertas yang bersetmpel-lah yang bisa kabur. Suatu hari, tanah itu mungkin saja akan kembali kepadamu. Mari kita memikirkannya dengan cara yang lebih positif” ucap Kim Gil Do
Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Kim Gil Do beserta pengawal Hwang keluar meninggalkan ruangan itu. Dan saat itu juga, Tuan Seo yang marah langsung collapse, istrinya tak mampu berbuat banyak dan hanya berteriak histeris meminta pertolongan dari perawat.
Kemudian, Gil Do dan pengawal Hwang pergi menemui dua orang pria di salah satu ruangan VIP yang masih berada di rumah sakit itu. Ia memberikan dokumen yang barus saja di cap oleh Tua Seo. Entah bisnis apa yang sedang mereka jalankan. Namun itu ada hubungannya dengan pembangunan lapangan golf.
Saat Gil Do hendak pergi, salah satu dari pria itu, Jaksa So bertanya bagaimana kabar Tuan Go.
“Bukankah beliau terkenan tabrak lari. Begitupun dengan kecelakaan yang dialami tuan Seo. Katakan saja kalau kau butuh apapun. Kita harus saling membantu” Jaksa So
“Kalau anda menggigit lebih banyak daripada yang anda bisa telan, maka anda akan meledak. Ingat anda ini cuma jaksa kelas menengah! Buka jaksa penuntut umum!” ucap Gil Do sinis
Barulah sekarang, Gil Do pergi ke tempat Tuan Go dioperasi. Ia menanyakan bagaimana keadaan ayah mertuanya itu kepada istrinya. Namun dengan sinis istrinya berkat, “Masuklah dan tanyakan sendiri!”
Gil Do menyuruh si pelayan yang berada disitu untuk pulang, meskipun awalanya menolak, pada akhirnya pelayan itu pulang diantar oleh pengawal Hwang.
“Mertuamu sedang dioperasi tapi kau malah bersantai-santai..” Gang Sook
“Ayahmu sedang dioperasi, tapi kau juga masih ada waktu untuk berganti pakaian dan merapikan dandananmu di lapangan golf…” Gil Do
Dokter yang mengoperasi Tuan Go keluar dan memperbolehkan walinya untuk melihat kondisi Tuan Go. Kemampuan Gil Do untuk bermain drama, masih belum berubah. Ia memegang tangan Tuan Go yang masih belum sadar sambil berlutut dan mengeluarkan ekspresikesedihan yang mendalam saat melihat keadaan mertuanya itu. Berbeda dengan istrinya, yang seakan-akan acuh dengan keadaan ayahnya sendiri.
Mereka keluar dari Rumah Sakit bersama-sama, dengan kondisi berjalan yang berjauhan. Bahkan, saat mengobrol mereka tak saling menatap sedikitpun seakan-akan mereka berbicara dengan angin.
“Bukankah setidaknya kau harus terlihat sedih?” Gil Do
“Itulah gunanya pendidikan sejak usia dini. Dia juga tetap berjualan mie saat ibuku meninggal. Saat itu aku berteriak-teriak karena marah kepadanya. Dia bilang bahwa dia melakukannya agar ibu bisa tenang di akhirat sana.” Gang Sook
Gil Do tersenyum mendengar hal itu, namun Gang Sook langsung menceramahinya dan berkata jika Gil Do tak boleh tersenyum.
“Aku ini adalah penyihir di lingkungan kita, sementara kau adalah koki mie yang terhormat. Bagiamana kalau ada yang melihatmu tersenyum, padahal mertuamu sedang koma? Bukankah begitu?” Gang Sook
“Apa maksudmu?” Gil Do
“Pikirkankanlah hal itu sendiri. Kau kan cerdas. Sekarang kau sudah memperoleh tujuanmu. Sudah tidak ada lagi yang menentang pemindahan Goongnakwon ke Gangnam” Gang Sook
Merekapun berpisah ditempat itu, Gang Sook masuk ke mobilnya begitupun Gil Do yang masuk ke mobilnya sendiri. Mereka bahkan, tak lagi naik di mobil yang sama.
———————————————————————–
Di mobil, Pengawal Hwang meminta maaf kepada Gil Do karena dirinya gagal melenyapkan Tuan Go dan malah membuat keadaa menjadi seperti ini. Dengan sinis, Gil Do berkata “Aku sangat membenci kalimat ‘Maafkan saya.. lain kali hal itu tak akan terjadi lagi….’. Kalau kau mengacau maka kau harus dihukum!”
Pengawal Hwang hanya bisa pasrah dengan mengatakan jika dirinya akan menerima konsekuensi apapun atas perbuatannya itu.
Gang Sook memang tak menujukan ekspresi kesedihan ataupun kekhawatirannya. Namun dari nada bicaranya kita akan memahami jika sebenarnya, hati dan perasaannya sedang sangat tertekan. Ia tak tahu harus kemana dan bertemu siapa sekarang.
Tiba-tiba ada mobil sport yang menghalangi laju mobil yang ditumpangi oleh Kim Gil Do. Spontan, Pengawal Hwang langusng menginjak remnya. Kim Gil Do mengernyitkan alisnya dan berkata “Malam itu, kau juga pasti menginjak rem! Entah karena kau berfikir itu cukup.. atau mungkin karena kau merasa bersalah. Atau bisa jadi, kau menghubngi seseorang, tanpa seizinku? Lakukanlah tepat seperti yang kuperintahkan padamu. Menggonggonglah saat aku suruh dan menggigitlah saat aku suruh. Kalau aku memberikanmu perintah, lakukanlah!”
Pengawal Hwang nampak cemas saat mendengar perkataan Gil Do. Sekilas ia membayangkan kembali apa yang dilakukannya malam itu. Dan memang benar, ketika truk yang dikemudikannya sudah hampir menabrak mobil Tuan Go, ia malah mengerem truknya. Namun, dari ekpresi wajah pengawal Hwang, nampaknya memang ada sesuatu yang disembunyikannya dari Kim Gil Do.
Sekarang, Gil Do yang emosi memerintahkan pengawal Hwang untuk menabrak mobil sport yang meghalangi mereka dengan kecepatan tinggi. Pengawal Hwang mengikuti segala instruksi dari Gil Do, menabrak mobil itu berkali-kali dari berbagai arah hingga bagian depan mobil yang ditumpanginyapun ringsek.
Nampaknya, pria yang mengemudikan mobil sport itu sudah terluka. Pengawal Hwang terdiam sejenak, Gil Do langsung berteriak untuk mengatakan jika pengawal Hwang harusnya menuruti semua perintahnya
“Jangan membuat keputusan apapun. Itu tugasku, bukan tugasmu!!!” tegas Gil Do
“Saya akan mengingatnya tuan” jawab Pengawal Hwang
Gil Do turun dari mobilnya dan menghampiri pria di dalam mobil sport itu. Awalnya si pria ketakutan untuk membuka jendela, namun pad akhirnya ia membukanya. Tak perlu waktu yang lama untuk melakukan negosiasi. Ancaman beserta sejumlah uang yang dilemparkan Gil Do langsung membuat si pria itu setuju untuk menutup mulutnya.
Saat melanjutkan perjalanan pulang, Gil Do mendapat telepon dari kepala panti asuhan yang memberitahukan jika dirinya akan pergi ke Goongnakwon guna memperlihatkan sesuatu untuk memastikan apakah anak yang telah ditemukan olehnya merupakan Choi Soon Seok yang dicari-cari oleh Gil Do.
Setelah menutup telponnya, kepala pati langsung tersenyum lepas sambil berkata jika dirinya sudah mencium bau dari uang yang banyak.
———————————————————————–
Moo Myung menyelinap masuk ke ruangan pak kepala panti. Dari luar nampaknya tak ada siaapun di dalam ruangan itu, makanya ia langsung masuk untuk mengambil fotonya yang terpajang di rak kaca. Tiba-tiba, Yeo Kyung keluar dari bawah meja dan terkejut melihat ada Moo Myung juga di ruangan itu juga. Mereka saling menatap dan berlaga seakan-akan tak terjadi apa-apa.
Tak lama kemudian, pak kepala panti datang. Dari raut wajahnya sih, kita bisa megira jika dia sudah tahu apa yang Moo Myung ambil, namun ia tak memarahinya dan malah menyuruh Moo Myung keluar dari ruangannya. Iaa menghampiri Yeo Kyung dan tidak melakukan apapun karena ia mengira Yeo Kyung hanya sedang membersihkan ruangannya.
Padahal, setelah pak kepala panti itu pergi, kita melihat Yeo Kyung yang telah mengumpulkan setumpukan berkas yang disembunyikanya di bawah meja.
Yeo Kyung menghampiri Moo Myung yang sedang membakar foto masa kecilya itu. Ia ternyata telah mengetahui apa yang idesmbunyikan oleh Moo Myung. Sambil tersenyum ia berkata jika sebenarnya, dirinya juga ingin mencuri foto itu ntuk disimpan sebagai kenang-kenangan. Karena, Moo Myung sudah mencurinya, nanti mereka tinggal memperbanyak foto itu saja.
Yeo Kyung pamit, karena dirinya hendak pergi ke sekolah. Tersnyata, di sekolah ia bertemu dengan bu Guru dan memperlihatkan semua dokumen yang ia ambil dari ruangan pak kepala panti.
Setelah melihat-lihat isinya, Bu Guru mengatakan bahwa dengan dokumen-dokumen tersebut mereka sudah memiliki cukup bukti untuk melaporkan kepala pati asuhan itu ke polisi.
———————————————————————–
Tae Ha belajar dengan serius di kamarnya. Nampaknya, ujian masuk kepolisian hanya tinggal satu hari lagi. Ia mengambil sebuah kotak yang isinya kacamata yang diberikan Da Hae, sambil tersenyum ia kembali mengingat kejadian malam itu.
Da Hae sibuk mencium satu-persatu cairan yang telah ia tata rapi di dalam tabung. Telponnnya berbunyi dan ia mengangkatnya. Entah siapa yang menelpon, namun ia langsung berganti pakaian dan dengan ekspresi cerianya ia langusung bergegas pergi untuk menemui seseorang tentunya.
Ternyata, Da Hae sangat tertarik dengan mie. Hal ini terbukti dengan beragam foto masakan mie yang ia tempel di dinding rumahnya.
———————————————————————–
Moo Myung, Tae Ha dan Gil Young berbelanja ke supermarket. Di siang bolong yang cerah seperti ini, Tae Hae dengan bangga memakai kacamata pemberian Da Hae. Meskipun menganggap perilaku Tae Ha hari ini agak aneh, Moo Myung dan Gil Young tak berkomentar apapun dan hanya tersenyum melihat kelakuan temannya itu.
Saat pulang, kebetulan Doo Chul lewat dan malah berhenti di depan mereka. Niat hati ingin memamerkan motor barunya, Doo Chul malah jadi korban ‘kejahilan’ trio pria ini. Motonya diambil dan ia ditinggalkan begitu saja di depan supermarket itu.
Di perjalanan pulang, Da Hae juga melintasi jalan yang sama dengan yang dilewati geng Moo Myung (kyaaa… mereka pake bonceng tiga segala lagi….). Sayangnya, mereka tak saling melihat, Hanya Moo Myung yang sekilas melihat wajah Da Hae, sementara Tae Ha sedang melihat ke arah lainnya.
———————————————————————–
Ternyata, orang yang Da Hae temui adalah Dokku. Mereka makan mie disebuah tempat makan kecil. Saat mie dihidangkan, Da Hae sibuk mencium bau dari mie tersebut dan merasakan jika ada sesuatu yang aneh. Dengan lantang, Da Hae langsung protes kepada pemilik kedai mie tersebut. Ia merasa tertipu, karena mie yang disajikan kuahnya tidak terbuat dari kaldu aya asli, melainkan campuran air dengan bumbu penyedap rasa kaldu ayam. Awalnya si pemiliki kedai itu mengelak. Namun, setelah, Dokku juga ikut memarahinya, iapun bersedia untuk meminta maaf kepada Da Hae.
Di luar kedai itu, Dokku memuji keahlian Da Hae yang mempunyai indra penciuman tajam. Merekapun mengobrol singkat, dan dapat kita ketahui jika sepertinya Dokku adalah paman Da Hae.
“Kamu sudah besar Da Hae…” ucap Dokku
“Kamu sudah tua paman Dokku….” ucap Da Hae
———————————————————————–
Pingback: THE MASTER OF REVENGE Episode 3 Part 2 | my-eternalstory
Pingback: THE MASTER OF REVENGE Episode 2 Part 2 | my-eternalstory
Pingback: SINOPSIS Tentang Master: The Master of Revenge Episode 1 - Terakhir - Sinopsis Drama Korea Terbaru - Sinopsis Drama Korea Terbaru