“Deru suara ombak menyatukan jiwa, Yeo Kyung pikir suara kebahagiaan… akan bertahan untuk selamanya. Hingga semua suara di dunia.. menghilang. Pada saat suara itu kembali terdengar, semua suara yang terhubung dengan Yeo Kyung.. tercerai-berai. Kemudian….. dering suara telepon menyelamatkan hidup Yeo Kyung. Dan ketika telepon itu berbunyi, terdengar seperti.. gerbang penderitaan baru saja dibuka…”
— Moo Myung —
Beberapa kalimat yang diucapkan Moo Myung diatas, menjadi narasi dalam adegan flashback yang menceritakan kisah Yeo Kyung saat masih kecil. Terlahir dari keluarga yang mapan, dengan orang tua yang sangat menyayanginya.
Pada hari ulang tahun Yeo Kyung, mereka sekeluarga merayakannya secara sederhana, hanya dengan sebuah bolu dan beberapa lilin diatasnya, kebahagiaan dan kehangatan sangat terasa diantara mereka. Saat kembali ke rumah, Yeo Kyung orang yang terakhir turun dari mobil karena hendak mengambil balonnya yang tertinggal. Langkahnya terhenti, ketika melihat sosok ayah dan ibunya yang bersimbah darah sudah terbujur kaku di tanah. Ditengahnya ada seorang pria yang berdiri dan memegang pisau yang berlumuran darah ditangannya.
Yeo Kyung terjatuh, ia duduk di tanah dengan air mata yang perlahan mulai menetes. Si pria yang membawa pisau itu, berjalan kearahnya. Ia bingung harus berbuat apa, hanya bisa terdiam sambil berharap sebuah keajaiban datang. Tiba-tiba, ponsel ayahnya berdering, membuat si penjahat langsung kabur meninggalkan tempat itu…….
Kembali ke masa sekarang, dimana lagi-lagi sebuah dering telpon menyadarkannya akan sebuah kenyataan pahit yang telah dilaluinya dan harus terulang lagi dalam kenangannya…..
Esok paginya, Yeo Kyung terbangun di salah satu ruangan di Rumah Sakit. Wajahnya memar dan ia masih bisa mengingat dengan jelas kejadian tadi malam. Yang artinya, kejadian itu memang benar-benar nyata, bukan khayalan semata.
Perlahan, ia berjalan keluar dari ruangannya. Baru satu langkah, diluar kamarnya ia tak sengaja mendengar suara seorang detektif yang berbicara dengan bu Guru untuk meminta izin menemui Yeo Kyung yang berstatus sebagai saksi dalam pembunuhan pemilik panti asuhan.
Yeo Kyung terkejut, ia hendak berjalan menghampiri detektif itu. Untungnya, Gil Young melihatnya dan langsung menariknya masuk kedalam kamar lagi.
“Ada apa? Kenapa aku menjadi saksi mata? Lalu.. siapa pembunuhnya? Katakan padaku siapa pembunuhnya!” teriak Yeo Kyung yang kebingungan
= Flashback =
Malam sebelumnya, ketika suasana sedang sangat kacau, Moo Myung dan Gil Young membawa Yeo Kyung ke kamar dan menidurkannya. Mereka berusaha untuk menenangkan Yeo Kyung yang sangat amat ketakutan saat itu.
Tae Ha, berdiri sendirian di depan mayat pak kepala panti, ia melihat plakat bersimbah darah yang digunakan Yeo Kyung untuk membunuh pria itu.
Moo Myung pergi ke ruangan itu dan tak melihat Tae Ha. Ia pun berlari keluar dan menemukan Tae Ha yang sedang berjalan sendirian sambil membawa plakat bersimbah darah dibawah guyuran hujan yang cukup deras.
“Rawatlah Yeo Kyung..” Tae Ha
“Aku tidak bisa membiarkanmu pergi seperti ini..” Mooo Myung
“Jangan dipikirkan. Ini hanyalah kecelakaan yang disebabkan oleh seorang remaja. Pengadilan akan meringankan hukumanku kalau aku mau menyerahkan diri.” Tae Ha
“Lantas, bagaimana dengan rencanamuu untuk menjadi seorang polisi? Itu adalah mimpi seumur hidupmu!” Moo Myung
“Aku baru saja terbangun… dari mimpi itu..” Tae Ha
“Park Tae Ha! Jangan melakukan hal itu!” Moo Myung
“Aku berhutang pada Yeo Kyung. Ini memang hal yang seharusnya kulakukan” Tae Ha
Sebisa mungkin, Moo Myung mencegah Tae Ha untuk melakukan hal itu. Mereka bahkan berkelahi, namun Moo Myung kalah dan terkapar ditanah. Ia tak bisa berbuat apa-apa, selain membiarkan Tae Ha pergi untuk menyerahkan dirinya ke kantor polisi demi menggantikan Yeo Kyung.
Dengan pandangan yang kosong, Moo Myung berjalan masuk ke ruangan kepala panti, ia mengahpus satu perstu sms dari Gil Do, tiba-tba ada telpon masuk dari Gil Do. Ia sadar betul, jika tak diangkat, Gil Do akan terus menelpon dan bisa saja langsung datang ke tempat itu. Ia akhirnya mengangkatnya dan berbohong dengan mengatakan jika Gil Do salah sambung karena nomor itu adalah nomor yang baru dipakainya. Untungnya Gil Do percaya akan hal itu dan menutup telponnya begitu saja.
Tae Ha tiba di kantor polisi. Ia tak mengatakan apapun, dan hanya menyerahkan satu-satunya bukti, yaitu plakat yang digunakan untuk memukul kepala panti asuhan itu.
“Hari itu, pembunuh menjadi saksi mata. Dan saksi mata…. menjadikan dirinya sebagai seorang pembunuh. Begitulah cara Tae Ha meninggalkan kami….” Moo Myung
= Flashback End =
Gil Do menceritakan perihal menghilangnya si kepala panti asuhan kepada pengawal Hwang. Reaksinya sederhana, pengawal Hwang berkata, meskipun merka kehilangan kontak dengan kepala panti asuhan itu, bukan berarti pencarian mereka terhadap Choi Soon Seok harus ikut berakhir juga.
“Saat berburu, anda bisa mengejar, atau menyiapkan perangkap. Sekarang sudah waktunya menggunakan perangkap” pengawal Hwang
“Aku bukan sedang berburu, aku hanya sedang mencari anak temanku” Gil Do
“Menangkap atau mencari, apa bedanya?” pengawal Hwang
Moo Myung masuk ke TKP pembunuhan, ia mencari seluruh dokumen terkait dirinya dan mengambilnya kemudian membakarnya. Ditumpukan kertas yang hendak dibakarnya itu, terdapat selembar fotonya dengan Yeo Kyung yang membuatnya teringat kembali secercah kenangannya bersama Yeo Kyung yang sangat ceria pada saat itu.
3 Bulan Kemudian……………
Kim Gil Do ditemani pengawal Hwang mendatangi sebuah tanah lapang yang dulunya merupakan tempat tinggal Gil Do dan ayahnya.Meskipun hanya tinggal tanah dimana-mana, ia masih hafal dengan sangat tepat sudut-sudut tempat tingalnya yang dulu itu.
“Harga tanah ini melonjak ratusan kali lipat, tapi tempatnya masih juga berbau amis. Karena itulah hebatnya tanah ini. Tak pernah berubah…… Sesuatu yang tak pernah berubah tak akan pernah menghianatimu” Gil Do
Selanjutnya, Gil Do bertemu dengan Tuan Choi. Mereka mengobrol berdua sementara pengawal Hwang sibuk memindahkan kardus apel (biasanya sih isinya duittt) ke mobilnya tuan Choi. Setelah beres, tuan Choi pun segera pergi dari tempat itu dan mengatakan jika mereka harusnya selalu bisa saling membantu seprti ini lagi, untuk kedepannya nanti.
Nyonya Gang Sook sedang menikmati saat-saat berdua dengan ayahnya, Tuan Go. Meskipun saat ini Tuan Go tak sadarkan diri, Gang Sook dengan telaten mencukur brewoknya dan mengajaknya mengobrol. Dengan kondisi Tuan Go yang seperti ini, setidaknya Gang Sook jadi bisa berbicara lebih banyak kepada ayahnya itu.
“Tetaplah bersama kami. Kalau ayah mati sekarang, semua kerja keras kita selama ini akan habis dilahap anjing-anjing itu. Dia bisa saja sukses di Gangnam atau dia bisa saja gagal. Mari kita lihat apa yang akan terjadi” Gang Sook
———————————————————————–
Kim Gil Do sedang meeting untuk membicarakan mengenai rancangan Goongnakwon Gangnam. Entah apa tujuannya, namun kita melihat sosok Da Hae yang menyelinap masuk ke gedung itu dengan berpura-pura menjadi tukang galon. Ia mencari-cari sesuatu, kemudian mengambil seluruh potongan kertas dari mesin penghancur kertas.
Setelah meeting selesai, Gil Do berbicara berdua dengan pengacaranya dan menjelaskan rencana untuk membangun sebuah ruangan rahasia dalam Goongnakwon Gangnam yang akan dibuatnya nanti. Ia tak menjelaskan secara rinci tujuan dibuatnya ruangan itu, ia hanya meminta pengacaranya untuk mengurus dan merahasiakan semua hal yang berkaitan dengan keinginannya itu.
Saat kembali ke mobilnya, kita melihat jika Da Hae juga masih berada di depan gedung itu dan mengawasi Gil Do dari jauh.
Di mobil, pengawal Hwang meminta Gil Do untuk membaca koran. Gil Do terkejut, ketika melihat berita headline di koran tersebut adalah mengenai berita kepala panti asuhan yang mati dibunuh.
———————————————————————–
Moo Myung, Gil Young dan Yoo Kyung hendak menjenguk Tae Ha bersama. Namun, Tae Ha menolak untuk bertemu Gil Young dan Moo Myung. Akhirnya, Yeo Kyung memutuskan untuk masuk sendiri dan Tae Ha juga mau bertemu dengannya.
Tae Ha dan Yeo Kyung duduk berhadapan. Tae Ha meinta, Yeo Kyung untuk tidak mengatakan apapun dan membiarkannya yang berbicara untuk kali ini.
“Kita tidak akan bertemu selama 3 tahun, berat badanku akan bertambah 2kg. Aku juga akan tumbuh tinggi. Aku ini masih remaja, jadi masa pertumbuhanku masih belum selesai. Karena aku masih kecil, jadi aku ditahan secara terpisah. Aku juga mudah berteman dengan yang lainnya, jadi jangan cemas. Semuanya masih belum berakhir bagiku. Aku hanya….meunda awalku, itu saja. Kabulkanlah permintaanku. Jadilah seorang jaksa. Kasus nomor 1994-J-5021, periksalah kasus itu. Itulah alasanku ingin menjadi polisi. Itu juga alasanku…. alasanku berada disini” Tae Ha
Yeo Kyung tak mengerti maksud Tae Ha mengatakan hal itu kepadanya. Sayangnya, waktu besuk sudah habis, Tae Ha harus kembali ke dalam sel tahanannya, sebelum pergi, Yeo Kyung pun memberikan foto mereka saat masih kecil. Tae Ha mengambilnya dan berkata jika dirinya akan menyimpan foto itu baik-baik.
Tae Ha melangkah masuk ke dalam sel tahanannya ia berdiri di depan pin pintu dan narapisana yang lain menatap tajam kearahnya. Salah satu dari mereka mencemooh Tae Ha yang notabennya masih anak baru disini, namun berani menerima tamu tanpa izin dari mereka, “Sepertinya anak ini perlu dihajar lagi!”
Kita pun melihat flashback, ketika Tae Ha pertama kali masuk ke sel tahanan. Ia dihajar habis-habisan oleh narapidana yang lainnya. Namun, saat itu ia memilih untuk mengalah dan menerima semua siksaan itu.
“Aku merendahkan diriku dihadapan bajingan seprti kalian… untuk menjaga agar wajahku tetap terlihat bersih. Aku hanya tidak ingin melihat seseorang menangis. Seseorang yang didera perasaan bersalah. Tapi, sekarang aku tak perlu mencemaskannya lagi” Tae Ha
Dengan membabi buta, Tae Ha mengahajar setiap narpidana yang satu sel dengannya. Tak ada yang bisa mengalahkannya, hingga akhirnya sipir lapas datang dan menyeretnya keluar dari tempat itu.
Yeo Kyung, yang baru keluar dari bangunan lapas, langsung diberondong pertanyaan mengenai bagaimana kabar Tae Ha. Ia menceritakan apa yang dilihat dan di dengarnya, menurutnya Tae Ha nampak terlihat baik-baik saja.
Kini saatnya mereka semua harus berpisah dan mengambil jalannya masing-masing. Yeo Kyung yang ingin mengambil tes ke perguruan tinggi, Gil Young yang memilih untuk langsung mencari kerja dengan mengasah keterampilannya, sementa Moo Myung masih belum bisa memastikan apa yang ingin dilakukannya (yang pasti sih pengen balas dendam…..)
“Sampai jumpa kalian semua…. saat nanti Tae Ha dibebaskan. Kalau kalian tidak muncul, maka persahabatan kita berakhir..” ucap Gil Young sebelum pergi
Yeo Kyung dan Moo Myung tersenyum sembari menganggukan kepalanya.
Pingback: THE MASTER OF REVENGE Episode 4 Part 2 | my-eternalstory
Pingback: THE MASTER OF REVENGE Episode 3 Part 2 | my-eternalstory