AGE OF YOUTH EPISODE 8

Episode 7 <<<

————————-

== EPISODE 8 ==

[ Hope, that damned hope #suspicious man ]

Di rooftop, nenek pemilik rumah tengah asyik berdansa sembari menikmati makanan yang telah disiapkannya. Ia menari sesuka hati dan terlihat begitu menikmati masa-masa kesendiriannya. Tiba-tiba sebuah suara aneh menyita perhatiannya, membuatnya melirik ke bawah dan sepertinya ada seseorang yang mencurigakan. Ia-pun mengambil bawang bombay dan melemparkannya, hingga terdengar sura teriakan seorang pria (?) yang malah membuatnya tersenyum puas.

Esok harinya….

Di depan pintu terempel secarik kertas berisi pesan dari nenek pemilik rumah. Sebuah peringatan yang memberitahukan bahwasanya ada seorang pria aneh yang sering mengintai di sekitar sini, ‘Untuk yang keluar atau masuk di malam hari, jangan lupa untuk mengunci pintu..’

Jin Myung membacanya, kemudian berjalan pergi begitu saja. Tepat di depan gerbang, terlihat seorang anak perempuan yang terjatuh. Ia menghiraukannya, berjalan lurus disampingnya tanpa menenyakan keadaannya tau bahkan meliriknya.. “Anak itu akan bangun sendiri,.. anak-anak tidak akan menangis ketika tidak ada gunanya untuk melakukannya..” gumamnya

Langkah Jin Myung terhenti, ketika ia mendengar suara anak kecil itu menangis sembari memanggil ibunya yang tengah berjalan kearahnya. Sara tangisan itu semakin kencang beriringan dengan posisi ibunya yang semakin mendekat.

“Ketika seseorang menanyakan apa kau baik-baik saja, dan memberitahumu tidak apa-apa. Ketika ada seseroang yang memberitahumu untuk tidak menangis,… Anak-anak hanya akan menagis ketika ada seseorang di pihak mereka….”

-Yoon Jin Myung

Sebelum jam kerja dimulai, pak manajer melakukan inspeksi terhadap penampilan dan kerapihan seluruh pelayan. Satu-persatu diperiksanya dengan teliti hingga tibalah gilirannya Jin Myung. sebuah bau menyengat tercium dari badannya, Pak Manajer mengendus bau itu lebih dekat, “Kau tak mungkin memakai parfum, bau apa ini!”

Dengan kasar, ia menarik sebuah koyo yang tertempel di pundak Jin Myung, “Bekerja disini mengutamakan estetika, dilarang memakai parfum berbau aneh apalagi koyo!” bentaknya

Kebetulan, ruangan tersebut berada di samping dapur. Disana Jae Wan beserta yang lainnya tengah mempersiapkan bahan-bahan masakan. Secara tak langsuung, Jae Wan juga menunjukkan kemarahannya atas sikap keras pak manajer, ia memotong-motong bawang bombay dengan suara nyaring dan menancapkan pisaunya di talenan ketika mendengar Jin Myung dibentak-bentak.

Kita semua tahu, jika Jin Myung sudah tak mendapat perlakuan istimewa lagi dari pak manajer, tapi tetap saja ada pelayan yang bersikap ketus bahkan kurang ajar kepadanya. Saat mengantarkan piring makanan, badannya diserempet oleh seorang pelayan wanita. Untunglah, Jin Myung memiliki keseimbangan yang baik hingga ia berhasil meng-handle pekerjaannya dengan sempurna.

Memasuki dapur, Jin Myung membalaskan dendamnya dengan cara yang halus tapi menyakitkan. Secara sengaja ia menarik tangan pelayan yang kurang ajar padanya tadi ke bawah sumber air panas, “Jika kau melakukannya lagi, aku kana memasukkan tanganmu kedalam panci air mendidih..” ancamnya

Yi Na terus mendapat telpon dari Jong Gyoo, ia hanya melihatnya dan tak mau mengangkatnya. Hingga muncul sebuah pesan yang memberitahukan bahwa Jong Gyoo sedang berada didekat rumahnya. Yi Na penasaran, ia-pun keluar dari kamarnya dan mengintip dari balkon.

Benar saja, disana memang ada Jong gyoo. Tapi, Yi Na tak mau menemuinya atau bahkan menampakkan wajahnya. Ia lebih memilih untuk masuk lagi kedalam kamarnya da mengeingat kejadian menyeramkan di malam sebelumnya.

Terdengar suara bel dan teriakan Ji Won yang hendak membuka pintu. Yi Na bergegas keluar dari kamarnya, “Jangan dibuka!!!” teriaknya. Namun, Ji Won terlanjur membuka pintu dan ternayata, itu hanyalah seorang pria pengantar paket, “Ayahku mengirimkan begitu banyak makanan…” ungkap Ji Won

Ji Won mengeluarkan seluruh isi paketnya dan mengajak para gadis untuk makan bersamanya. Seperti biasa, perkumulan di meja makan selalu menjadi waktu yang pas untuk mengobrol dan mendiskusikan hal-hal yang terjadi diantara mereka.

Kali ini tentang, pria aneh yang disebut-sebut oleh nenek pemilik rumah, “Ahjussi yang memainkan pertunjukkan boneka? Mungkinkah dia ‘orang aneh’ yang nenek sebutkan?” tanya Ji Won kepada Yi Na

“Mungkin…” jawab Yi Na singkat

Ye Eun malah mencecarnya dengan pertanyaan, mengapa Yi Na tak menjawabnya secara pasti jika memang ahjussi itu yang sedang mengintainya.

Ji Won mengalihkan topik pertanyaan dengan bertanya mengapa Yi Na bisa mendapatkan begitu banyak cowok yang keren dan tajir. Yi Na hendak menjawabnya, namun Ye Eun menghentikannya, dan dengan ketus berkata “Yang harus kau lakukan hanyalah bertingkah seperti wanita murahan. Pria sangat menyukainya..”

Sontak suasananya berubah hening, Yi Na sempat tertegun diam hingga akhirnya iya tersnyum dan berkata, “Ya.. itu benar.. Kali-kali, kau harus melirik pria dengan tatapan nakal, atau membuka beberapa kancing kemejamu.. Hal sejenis itu akan membuat pria tertarik pada kita..”

Ji Won tertawa geli dan mengatakan jika ia seharusnya melakukan hal seperti itu dengan benar. Namun, ia tak berhasil melakukannya.

Ketika semua orang tertawa, Ye Eun tetap saja memperlihatkan ekspresi masam “Kau ingin semua orang mengatkan bahwa mereka menyukaimu!!!!” cecar Ye Eun pada Yi Na

Ji Won sudah mencium hawa-hawa pertengkaran, makanya ia lansgung mmenghabiskan makannya dan mengajak Ye Eun untuk pergi tidur bersamanya.

Yi Na tak bisa memahami semua sikap ketus Ye Eun kepadanya, “Ada apa engamu? Jika ingin mengatakan sesuatu, katakanlah! Jangan berbelit-belit!”

“Bicara apa? Aku tidak ingin bicara apa-apa denganmu!! Jangan-jangan, kaulah yang ingin mengatakan sesuatu kepadaku?”

Dong Joo memata-matai Jong Gyoo. Ia mengikitunya selama seharian penuh, dari mulai Jong Gyoo bekerja menjadi kuli bangunan di siang hari hingga saat Jong Gyoo kembali pulang ke rumahnya di malam hari..

Yi Na mengomentari pola makan Ye Eun yang menurutnya terlalu berlebihan dan akan membuatnya menjadi lebih gemuk. Membuat Ye Eun melihatnya dengan kesal dan mengatakan jika hal itu terjadi maka Yi Na-lah orang yang paling bahagia.

Kenapa? “Karena jika aku gemuk maka kau akan lebih cantik daripadaku!”

Mendapat telpon dari seseorang, membuat Yi Na lansgung berjalan terburu-buru keluar rumah. Ye Eun yang masih mencurigainya lansgung naik kebalkon dan melihat Yi Na berlari menuju sebuah mobil berwarna merah persis sama dengan mobil milik Doo Young.

Kecurigaan Ye Eun makin menjadi-jadi ketika telpon darinya tak diangkat oleh Doo Young. Ia-pun berlari keluar rumah, hendak melabrak Yi Na. Namun, kecerobohannya yang tak melihat kanan-kiri saat menyebrarang hampir saja membuatnya tertabrak mobil. Untunglah, mobil itu berhasil mengerem tepat waktu dan membuatnya selamat, meskipun hars terjatuh di aspal.

Terkejut setelah mendengar suara teriakan Ye Eun membuat Yi Na dan Dong Joo lansgung keluar dari mobil dan melihatnya. Ye Eun sangat amat merasa malu etika mengetahui bahwa pria di dalam mobil itu bukanlah Do Young, pacarnya. Tanpa berkata apapun, Ye Eun membalikkan badannya dan berjalan cepat untuk masuk kedalam rumahnya lagi.

———————————————————————–

Di restoran, salah satu pelanggan protes karena hidangan yang disajikan kepadanya salah, Jin Myung yang sedang berada di dekat meja tersebut mengambil dan mengantikannya dengan yang baru.

Saat jam kerja selesai, hal itu menjadi bahan evaluasi pak manajer. Jin Myung berusaha untuk membela dirinnya sendiri dan mengatakan jika semuanya telah selesai diurusnya. Hal itu, bukanya membuat pak manajer merasa lega melainkan membuatnya mendesah kesal.

Pegawai yang lain sipersilahkan untuk pulang, sementara Jin Myung harus tetap tinggal dan menghasbiskan waktu yang cukup lama untuk dibentak dan dimaki oleh manajernya. Hingga membuatnya jadi ketinggalan bis yang terakhir..

Untunglah, muncul Jae Wann yang tengah manaiki motornya dan mengajan Jin Myung untuk pulang diantarkan olehnya, “Naiklah… Jikau tak akan naik taxi, maka ikutlah bersamaku…”

Sepanjang perjalanan, mereka tak berbicara sepatah katapun. Hanya ada tatapan kosong penuh kekhawatiran yang terlihat jelas dari kedua bola mata mereka.

Ketika sampai di depan tempat tinggal Jin Myung, barulah Jae Wan mau mengatakan sesuatu…

“Berhentilah… Berhenti bekerja di restoran. Disana, kau hanya bekerja paruh waktu, kau dapat menemukan pekerjaan sejenis di tempat yang lainnya….”

Jin Myung tak memberikan reson apapun, membuat Jae Wan menyalakan kembali mesin motornya dan pergi meninggalkannya, tanpa pamit terlebih dahulu…

Jin Myung termenung, duduk sendirian di anak tangga depan rumah. Hingga sesaat kemudian, muncul Eun Jae yang hendak keluar untuk membuang samapah, membuat Jin Myung merasa kikuk dan lasngung masuk kedalam…

Ada suatu ha yang janggal, selama berada diluar Eun Jae merasa ada seseroag yang sedang dan terus saja mengawasinya. Ia kembali kerumahnya sembari berjalan cepat, dan tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya, “Aaaaaaarghhhhh…..”

Teriakannya berhasil membuat seluruh penghuni rumah ikut panik dan lansgung berlarian keluar untuk membantunya.

Ternyata, itu adalah Jong Yeol.. Sayangnya, para gadis tak menyadari hal itu dan lansgung mendedang sekaligus menghajarnya habis-habisan. Eun Jae yang melihatnya tak bisa berbuat papaun selain menutup mata dan geleng-geleng heran…

Kemudian, Eun Jae dan Jong Yeol duduk berdua, membahas kejadian tak diduga ini yang membuat wajah Joong Yeol jadi memar.

“Seharusnya kau memberitahuku dulu…”

“Bukan kejutan namanya, kalau aku memberitahumu!”

Eun Jae mencium bau alkohol di badannya Jong Yeol, ia-pun bertanya untuk memastikan apakah Jong Yeol barusan minum?

“Iyaa.. aku minum banyak karena aku tak menuruti permintaan mereka yang memintaku mengajakmu.. Aku tak ingin orang lain melihatmu. Karena kau adalah milikku.. Hanya aku yang bisa melihatmu…”

Perlahan, Eun Jae meniup mata Jong Yeol yang memar, tapi Jong Yeol memanfaatkan kesempatan ini untuk meniumnya. Bukan hanya sekali tapi dua kali…

Sebuah kecupan singkat, dan sebuah ciuman panjang yang berhasil membuat para gadis yang mengintipnya dari atas jadi jealous…

Yi Na, Jin Myung dan Ji Won menganggapnya sebuah hal manis yang sangat menyentuh hati. Sementara Ye Eun, melihat hal itu malah membuka kenangan lamanya.. kenangan saat untuk pertama kalinya, Doo Young mengantarnya pulang dan menciumnya di depan halaman rumah… Bahkan tanpa disadarinya, ingatan itu berhasil membuat matanya berkaca-kaca…

Esok harinya, Yi Na mendapat panggilan dari salah satu kekasihnya yang minta ditemani menuju salah satu acara makan-makan bersama koleganya. Meskipun sempat was-was, takut ada Jong Gyoo yang mengikutinya, Yi Na tetap pergi dan berhasil sampai dengan selamat.

Acaranya berjalan dengan lancar, hingga saat mereka akan pulang, muncullah Jong Gyoo yang langsung menghampirinya dan memintanya untuk memberikan penjelasan mengenai kematian putrinya..

Yi Na tak mau menjawabnya, ia hanya diam sementara Jong Gyoo diseret pergi oleh para satpam yang berada di tempat itu. Sepanjang perjalanan pulang sang kekasih ‘bayaran’-nya terus menggerutu, bertanya-tanya darimana Yi Na bisa mengenal pria aneh seperti tadi, “Huhhh… semua agendaku hari ini jadi gagal karenamu…” keluhnya

Saat pulang kerumah, YI Na berpapasan dengan Ye Eun yanghendak pergi keluar untuk menemui Dong Gyoo. Di telpon, Dong Gyoo menawarkan diri untuk menjemutnya kerumah. Namun Ye Eun segera berteriak menolaknya dan memintanya untuk bertemu diluar saja.

Saat bertemu, Ye Eun menyembunyikan wajah murungnya dan memperlihatkan wajah cerianya. Ia lansgung memeluk Doo Young dan mengatakan betapa ia mencintainya. Doo Young teringat kejadian saat Ye Eun diam-diam melihat isi ponselnya, yang nampaknya membuat ia merasa agak tidak nyaman juga.

Namun, alih-alih menjelaskannya, ia malah melanjutkan perjalanan mereka seakan-akan tak ada apapun yang diketahuinya. Ye Eun mengajaknya untuk berjalan santai di sebuah lokasi wisata tempat dimana banyak sepsang kekasih menghabiskan waktunya. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan dan saling suap es krim, tawa dan canda menghiasi waktu yang mereka habiskan bersama.

Suasananya masih sama, hingga mereka makan malam di restoran mewah. Ye Eun pergi ke toilet untuk merapikan dandanannya, saat kembali ia melihat Doo Young yang tengah tertawa asyik sambil melihat layar ponselnya.

Tanpa bertanya untuk memastikan apapun, Ye Eun malah marah-marah tak jelas dan pemit untuk pulang lebh dulu. Doo Young mengejarnya, dan meminta penjelasan tentang apa yang terjadi. Ye Eun tak mau menjelaskannya dan malah berbohong dengan mengatakan bahwa dirinya sedang sakit perut.

“Tunggu.. Biar aku mengantarkanmu pulang..”

“Tidak usah.. aku ingin pulang naik bis saja..”

Ternyata ide untuk nai bus, malah membuat fikiran Ye Eun makin kacau. Ia menelpon Yi Na dan juga Doo Young, namun secara kebetulan nomor mereka sama-sama sibuk, dan itu  membuatnya semakin menduga-duga tetang hal yang sebenarnya belum tentu terjadi.

Saat sampai dirumah, ia langsung berlari lurus menuju kamar Yi Na. Melihatnya tengah menelpon seseroang, ia lansgung merebut telponnya. Namun saat didengarkan, ternyata itu bukanlah suaranya Doo Young, melainkan suara Dong Joo..

Yi Na tak mau diam saja, ia berlari mengejar Ye Eun dan menarik tangannya, “Mengapa kau bertingkah seperti ini? Kenapa? Apa yang pacarmu beritahu padamu? Aku tak tahu apa yang pria brengsek itu katakan tentangku…”

“Berhenti memanggilnya pria brengsek!” teriak Ye Eun

“Berhentilah mempercayainya! Aku tak memiliki hubungan apapun dengannya! Dapatkan fakta yang benar sebelum kau membenci seseorang!”

“Kaulah yang menggodanya duluan!”

“Siapa yang mengatakan hal itu? Pria brengsek itu? Dan kau mempercayainya?!”

“TIDAK! Dia tak memberitahuku apapun! Kau memang selalu menggoda pria yang kau temui!”

Naik pitam, Ye Eun hampir bekelahi secara fisik dengan Yi Na, Untunglah, muncul Ji Won dan Eun Jae yang langsung menahan dan memisahkan mereka. Sebelum pergi, Yi Na masih sempat-sempatnya memaki Ye Eun, “Dasar wanita jalang! Kau sama saja dengannya makanya kalian berpacaran!!!”

Ye Eun balik menyumpahinya dan berteriak histeris untuk melampiaskan seluruh amarahnya, bahkan Eun Jae dan Ji Won yang tak tahu apapun, harus rela menjadi korban makiannya yang tak jelas juntrungannya…

———————————————————————–

Keesokan paginya,…

Karena masih tinggal dirumah yang sama, baik Yi Na maupun Ye Eun tak akan pernah bisa untuk saling memalingkan wajahnya. Mereka sama-sama duduk di meja makan, namun memakan menu sarapan yang berbeda. Kebetulan, Eun Jae berada di tengah-tengah mereka dan situasi ‘perang’ ini lagi-lagi membuatnya menjadi tumpahan emosi dari Yi Na dan Ye Eun.

Untunglah, muncul Ji Won yang ternyata akan pergi ke sauna. Tanpa fikir panjang, Eun Jae langsung menghampirinya dan minta ikut dengannya.

Saat berjalan bersama, Eun Jae terus bertanya-tanya, mengapa Ye Eun mau berpacaran dengan pria yang brengsek? Padahal wajahnya cantik, murah sebyun dan sangat ceria.. Mengapa? Mengapa ia tak memiliki pacar yang lebih baik daripada Doo Young?

Ji Won memelankan langkah kakinya, kemduian ia menceritakan sebuah kisah tentang Ye Eun yang tak pernah didengar oleh Eun Jae sebelumnya. Katanya.. Ye Eun memili saudara kembar, yang wajahnya jauh lebih cantik, lebih tinggi dan juga lebih pintar yang sekrang tengah kuliah di Jerman. hal itu, membuat Ye Eun kurang mendapat perhatian dari orangtuanya, sehingga ia menjadi gadis yang seperti saat ini.

Kisah itu membuat Eun Jae tersentuh, ia mengangguk pelan menandakan jika dirinya bisa memahami bagaiamana perasaannya jika menjadi Ye Eun.

Namun, beberapa saat kemudian langkahny aterhenti, “Ji Won-sunbae…Bukankan Ye Eun pernah bilang kalau dia tidak punya kakak???”

Ji Won terdiam kemudian mulai tertawa… “Hahahaha… kau benar-benar mengira kalau semua perkataanku adalah kenyataan?”

“Ayolah.. kenapa kau berbohong tentang hal seperti itu?”

Ji Won mengakui jika barusan dirinya memanglah berbohong, namun ia bisa memastikan bahwasanya Ye Eun, Yi Na ataupun Jin Myung pasti-lah memiliki sebuah masalah tersendiri yang membuatnya merasa sedih dan tak nyaman untuk menceritakannya kepada orang lain “Pasti.. ada sesuatu yang orang lain tak dapat mengerti tentangmu, tetapi kau tak akan pernah bisa menghilangkannya…”

Eun Jae terdiam, ia memandang Ji Won penuh makna, “Sunbae… saat ini aku merasa kau sangat berbeda dari biasanya.. Kau keren….”

Jin Myung mencoba untuk mengikuti tes tulis di sebuah perusahaan ternama. Nampaknya, bukan sesatu yang sulit untuk dilakukannya. Saat berjalan keluar, terlihat dua orang rentenir yang tengah menunggunya dan langsung megih hutang kepadanya.

Jin Myung terus mengabaikannya hingga membuat rentenir itu kesal dan membawa-bawa nama ibunya. mEskipun berusaha untuk tak peduli, pada akhirnya Jin Myung mau menandatangi surat pernyataan menganai pembayaran hutang yang akan disetorkan dari rekening tabungannya secara berkala.

Selanjutnya, Jin Myung pergi bekerja ke restoran. Di pintu belakang, ia berpapasan dengan Jae Wan, Awalnya hanya lewat begitu saja, namun ia menghentikan langkahnya dan mengatakan jawabannya atas permintaan Jae Wan tempo hari kepadanya…

“Aku tidak akan berhenti.. Bagiku tempat ini seperti ujian. Jika aku tak bisa bertahan disini, maka aku tak akan bisa bertahan di tempat lain…Sebaliknya, jika aku bisa bertahan disini maka aku pasti bisa bertahan ditempat manapun.. Aku telah memutuskannya, jadi aku tidak akan mau berhenti dari pekerjaan ini…”

Jae Wan menatapnya pilu, “Jadi kau tetap tak mau berhenti? Apakah untukmu kehidupan ini layaknya jembatan rintangan yang harus kau lalui??? Kalau memang itu pilhanmu, lakukan lah…”

Ye Eun mendatangi apartemen Doo Young, awalnya ia akan pulang lagi karena nampaknya Doo Young tak berada di rumah. Namun, di pertengahan jalan Doo Young muncul dan mengajaknya untuk masuk kedalam.

Alih-alih menanyakan kabarnya, Doo Young malah membicarakan penampilan Ye Eun yang semakin seksi dimatanya. Ia hendak menciumnya namun Ye Eun menghindar dan malah membentaknya, “aku tak mau melakukannya.. Kau.. Pa bahkan dirimu pernah memikirkan perasaaku?”

Doo Young tak menjawabnya, dan itu membuat Ye Eun meutuskan untuk melangkahkan kakinya meninggalkan tempat ini tanpa kata pamit sebelumnya…

Ingin melampiaskan semua kegalauannya, Ye Eun pergi ‘menggila’ di diskotik. Bersama beberapa orang temannya, ia meminum begitu banyak botol alkohol dan asyik menari ditengah kerumunan lelaki yang sama sekali tak dikenalnya.

Temannya sempat berbincang di toilet, saling tebak-menebak alasan mengapa Ye Eun bertingkah seperti ini. Tanpa perlu waktu yang lama, mereka bisa memastikan bahwasanya Ye Eun seperti ini karena Doo Young. “Menurutmu apakah mereka akan putus kali ini?”

“Entahlah.. kalaupun beneran putus, aku kalan kalau Ye Eun akan memoon-mohon untuk minta balikan…”

Ye Eun digandeng oleh sorang pria asing yang barusan dikenalnya. Kebetulan, ada Dong Joo yang mengenalinya dan lansgung melaporkan hal ini kepada Yi Na.

Dari nada suaranya, Yi Na terdengar tak begitu memperdulikannya, bahkan sempat ia berkata untuk mengabaikannya. Namun, dalam hitungan menit saja, Yi Na sudah berganti pakaian dan berada di diskotik yang didatangi Ye Eun untuk membawanya pulang.

Kedataangannya tak disambut baik oleh Ye Eun yang malah menyuruhnya untuk tak ikut campur… Yi Na merasa kesal dan pergi meninggalkannya begitu saja. Namun,baru juga beberapa langkah meinggalkan ruangan itu, Yi Na memutar kembali badannya untuk menarik Ye Eun keluar bersamanya.

Tak tanggung-tanggung, ia langsung menjambak rambut Ye Eun dan menyeretnya keluar meninggalkan tempat hiburan malam tersebut. Yi Na mengabaikan seluruh makian dari Ye Eun, ia lebih fokus untuk memebrhentikan taksi yang lewat dihadapannya.

Sayangnya,.. setelah lama menunggu tak ada satupun taksi yang berhenti. Hingga Ye Eun tak kuasa menahan mualnya dan muntah dipinggir jalan. Meskipun jijik, Yi Na membantu Ye Eun dengan memukul-mukul pundaknya…

Selanjutnya Ye Eun terlihat lebih tenang, ia duduk di bangku pinggir jalan dan meminum air mineral yang dibelikan oleh Yi Na.

Masih belum ada kata maaf diantara mereka, meskipun obroalnnya sudah terasa lebih terbuka dan apa adanya. Saling megatakan jika mereka membenci satu sama alain, namun sama-sama ingin mengehntikan semuanya dan terlepas dari hubungan yang bermasalah ini…

———————————————————————–

Keesokan paginya….

KIta melihat Eun Jae yang tengah memberikan bekal hasil masakannya untuk Jong Yeol. Ketika memakannya, Jong Yeol mengejek rasa makanan tersbut, “Ini asin…”, tapi meskipun demikian, Jong Yeol tetap dan malah makin lahap memakannya.

Eun Jae mengambil kembali kotak bekalnya, “Katamu ini asin..” ujarnya

Jong Yeol ingin mengambilnya kembali, dan membuat mereka salig berdempetan, hingga muncullah seorang perempuan yang melihat mereka dan meminta Jong yeol untuk melepaskan Eun Jae. Tanpa tahu apapun, perempuan itu mendeuga kalau Eun Jae adalah perempuan muranhan yang mau-maunya diperlakukan seperti itu oleh seorang pria.

Eun Jae terdiam, tak mengatakan apapun dan itu membuat Jong Yeol kesal. Sesaat setelah perempuan itu pergi, Jong Yeol bertanya, mengapa Eun Jae tak mengatakan saja kalau mereka psekarang berpacaran?

Eun Jae merasa tak enak, ia memminta maaf, kemudian menjelaskan jika dirinya maish belum terbiasa untuk mengatakan hal itu kepada orang lain.

Jong Yeol memahami perasaan Eun Jae, ia malah tersenyum geli ketika melihat ekspresi polos Eun JAe yang berusaha untuk meminta maaf kepadanya…

Meskipun hari telah siang, Ye Eun masih nyaman untuk berbaring dikasurnya. Pikirannya, melayang terbang kembali ke saat-saat, dimana dirinya melewati masa-masa suka dan suka ketika berpacaran dengan Doo Young.

“Dia tidak menyukaiku.. Ada begitu banyak alasan yang membuatku tak boleh menyukai pria itu….”

-Ye Eun

Duduk di depan meja riasnya, perlahan Ye Eun memoles wajahnya, memaikan maskara dimatanya dan lipstick berwarna merah lembut di bibirnya. Ia-pun mengenakan sebuah gaun pink polos yang begitu cantik dan pas saat dikenakannya. Rambutnya juga, dibiarkan terurai lurus tanpa jepitan atau hiasan apapun..

Ia duduk menunggu seseorang di salah satu kafe di tempat yang terbuka.. Waktunya menunggu lumayan lama, ia-pun masih sempat untuk memesan kopi kesukaannya.

Beberapa saat kemudian, telihat Doo Young yang datang menghampirinya. Mereka saling sapa, dan duduk berhadapan..

“Apa yang ingin kau bicarakan?”

Sebelum mengatakan tujuannya memanggil Doo Young untuk bertemu dengannya, Ye Eun meminta waktu beberapa saat untuk mengahbiskan kopinya terlebih dahulu..

Setelah kopinya habis, barulah Ye Eun bersiap-siap untuk mengatakan sesuatu. Ia menarik nafas dalam-dalam, dan menujunkan senyuman manisnya..

“Oppa…”

“Apa?…”

“Ayo kita putus…”

“Kau bercanda?”

“Tidak.. Aku serius. Terimakasih untuk semuanya, dah….”

Ye Eun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan pergi meninggalkan Doo Young yang nampaknya masih berada pada fase percaya/tidak percaya akan apa yang barusan dikatakan Ye Eun kepadanya.

Selama perjalana pulang, Ye Eun terus menunjukkan senyuman manisnya.. Hingga ia berjalan measuki rumah, melewati teman-temannya dan….

Langkahnya terhenti tepat ditengah-tengah ruangan. Wajah cerianya, seketika berubah cemberut, dengan suaranya yang mulai bergetar Ye Eun mengatakan jika dirinya telah putus dengan Doo Young…

Berusaha untuk menahan tangisnya Ye Eun tersenyum lebar, “Aku melakukan hal yang benar, kan?”

Para gadis berjalan mendekatinya dan langsung memeluknya,.. detik itulah, Ye Eun tak kuasa lagi menahan tangisnya. Perlahan air mata, mulai berjatuhan membasahi pipinya.

Jin Myung menatapnya dari jauh,  “Terkadang, aku juga ingin menangis dengan keras…. Ingin asa seseorang yang mendengarkan tangisanku… kemudian mengatakan padaku jika semuanya akan baik-baik saja. Ingin ada seseroang yang menepuk punggunggku, dan memberitahu kalau itu bukanlah kesalahanku..”

-Jin Myung

Di balkon, Jin Myung meminum sekaleng bir sendirinya.. Ia melihat sms masuk yang menginformasikan bahwa uang ditabungannya berkurang begitu banyak karena pembayaran hutangnya.

“Terkadang.. Aku ingin mengamuk.. Entah itu kepada seseroang atau kepada nasibku.. Ingin mengatakan ‘sudah cukup..’, ‘apa masih belum cukup?’… ” gumamnya dalam hati

Di layar ponsel Jin Myung terlihat sebuah sms yang berisikan pemberitahuan bahwa ia telah lolos pada seleksi tes tulis dan diminta untuk mengikuti seleksi berikutnya, berupa tes wawancara.. “Aku akan mendapatkan harapan sekali lagi…” gumamnya

Jong Gyoo tengah terduduk lesu diatas kasurnya, raut wajahnya terlihat begitu masam karena memendam sebuah kekesalan. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Ia membukanya dan terkejut ketika melihat bahwa itu adalah Yi Na…

Aneh.. setelah beberapa hari ini, ia berusaha mati-matian untuk menemuinya tapi selalu ditolak.. Pada hari ini, malah Yi Na sedinri yang datang menemuinya…

Tanpa rasa takut, Yi Na berjalan memasuki kamar sembit yang dipadati oleh perabotan dan dindingnya dihiasi oleh begitu banya foto-foto dirinya. Ia tak mempertanyakan hal itu, dan malah tertarik untuk megambil sebuah foto gadis kecil yang tersimpan diatas meja…

“Ahjussi.. Siapa nama putrimu?”

“Namanya Sol..” jawab Jong Gyoo singkat

Yi Na menndukkan kepalanya dan menarik nafas dalam-dalam, “Ahjussi… aku membunuh putrimu…” ungkapnya

———————————————————————–

Kita lihat apa yang sebenarnya terjadi….

Nampaknya, ada suatu kecelakaan cukup hebat, yang membuat banyak orang terjatuh ke laut. Terlihat beberapa orang telah mengambang tak bernyawa, namun masih ada juga orang yang hidup dan berusaha untuk menyelamatkan diri. Dan salah satunya adalah Yi Na…

Sebuah koper yang mengambang, menjadi satu-satunya cara untuk Yi Na bisa tetap bertahan hidup. Namun, tiba-tiba muncul seorang anak kecil dari dalam air yang meanrik kakinya dan berusaha untuk merebut koper tersebut. Ini adalah detik-detik penentu hidup-matinya mereka berdua.. Harus ada salah satu yang berkorban, tak mungkin kper itu bisa menahan bobot mereka berdua.

Yi Na berusaha untuk tetap hidup, tanpa memikirkan efek jangka panjangnya, ia mendorong tubuh anak kecil itu dan secara tak sengaja mengambil gelang antik yang dikenakannya…

Yupss… itulah caranya Yi Na untuk bisa selamat dari kondisi membahayakan itu. Ia bisa teta hidup, sementara gadis yang berebut koper dengannya meninggal.. Tentunya, gadis itu adalah Sol yang merupakan putri dari Jong Gyoo…

Mendengar cerita itu, membuat Jong Gyoo menggertakan giginya, membuka bola matanya lebar-lebar dan menatap Yi Na dengan penuh amarah…

“Begitulah.. aku membunuh putrimu… Dan ahjussi,… apa kau juga akan membunuhku??????” tanya Yi Na dengan sauara yang bergetar…

= BERSAMBUNG =

---

[ EPILOG ]

Kali ini ada yang berbeda.. narasumber-nya bukan salah satu dari cewek-cewek cantik penghuni Belle Epoque, melainkan para cowok-cowok yang deket sama mereka (kecuali Doo Young).

Lega rasanya, karena bisa tahu tentang isi hati mereka semua..

Dimulai dari Jae wan yang dengan senyuman manisnyaaa…. mengungkapkan bahwa dirinya sama sekali tak pernah berburuk sangka tentang Jin Myung, apapun yang dilihatnya waktu itu tak pernah membuat cintanya terhadap Jin Myung luntur dengan mudahnya.

Dong Joo, sahabat Yi Na yang sering sekali mendengarkan curhatanyannya, menegaskan bahwa Yi Na hanyalah sebatas sahabatnya,.. hanya sahabat dekat saja.. (ngomongnya sambil senyum mencurigakan gitu loh…)

Sung Min, teman se-klub Ji Won mencertikan bahwa dirinya sangat dekat dan sering bercanda dengan Ji Won. Namun ia mengungkapkan jika dirinya masih belum yakin, apakah ia menganggap Ji Won sebagai perempuan atau hanya sebatas teman biasa…

Terakhir,… Jong Yeol, si pria kece pacar pertamanya Eun Jae. Namanya juga orang baru jadian,.. ketika ditanya mengenai Eun Jae, ia memberikan jawaban yang sangat cute dan menggelikan. Kecantikan dan kepolosan Eun Jae berhasil membuatnya mabuk kepayang deh…

---

:::: NOTES ::::

Finally… kasusnya Yi Na ini telah sepenuhnya terpecahkan..

Bayangin kalau kita ada di posisinya dia? Apa yang mau kita lakukan? Jadi,… apakah perbuatan Yi Na, salah?

Kalo menurutku, dia enggak sepenuhnya salah.. Setiap orang punya hak untuk hidup, dan Yi Na masih mau hidup, dia berusaha mati-matian untuk menyelamatkan hidupnya… Dan kebetulan, harga yang harus dibayar untuk menyelamatkannya adalah nyawa gadis kecil itu..

Agak speechless juga, ketika tahu kalau gelang yang selama ini Yi Na sebut-sebut sebagai ‘jimat’-nya ternyata milik Sol yang jelas-jelas mati di depan matanya. Takjub sama Yi Na yang bisa survive tanpa mengalami depresi karena rasa bersalah atau apapun. Entah gimana dan siapa yang bantu, tapi kita harus ngakuin kalau Yi Na punya sistem koping yang sangat baik.

Dan,… mau ngucapin selamat buat Ye Eun yang akhirnya bisa bilang putus!!!!

Pasti hal yang sulit banget, untungnya sih ada sahabat-sahabat kece yang pastinya bakalan terus support dia. Kayak kata-kata di drama korea lainnya, ‘Setiap pasangan harus merasakan rasanya berpisah suapaya bisa lebih saling menghargai dan memahami betapa mereka sangat amat saling mencintai..’

Gimana nih? Apakah nantinya mereka akan balikan lagi? Who knows.. Just wait and see what could happen??

>>> Episode 9 <<<