Setelah bangun dari tidurnya, Thun langsung mengantar Kew pulang ke rumahnya. Setelah sampai, Kew kembali berusaha untuk mengingatkan Thun mengenai kejadian ketika Thun datang sebagai Mek dan terus memanggilnya ‘Khun Khaew’
Untuk lebih meyakinkannya lagi, Kew menyentuh bagian tubuh Thun yang waktu itu terluka terluka dan sontak Thun langsung meringis kesakitan. Sayangnya, ia tak bisa mengingat siapa orang yang melukainya tersebut.
“Kewalin.. tolong rahasiakan keadaanku ini. Biarkan ini menjadi rahasia diantara kita berdua.” pinta Thun
“Tak ada yang tahu, kecuali aku dan teman-temanku” jawab Kew
“Yaudah, kalau gitu jangan sampai ada orang lain selain mereka yang tahu. Dan jika aku menjadi orang lain lagi kemudian mendatangimu lagi, tolong jaga aku dan jangan melakukan hal paapun yang dapat merugikanku.” pinta Thun
“Merugikan? Masud?” tanya Kew
“Jangan membiarkanku tidur bersamamu” pinta Thun
“Dasar kepedean. Emangnya kamu seganteng itu sampai semua wanita mau tidur dengamu? Asal kamu tahu yaa, aku bukan tipe wanita yang suka denga laki-laki kayak kamu” tegas Kew
“Eh, besok kamu akan datang lagi bekerja, kan?” tanya Thun
“Kamu masih membayarku, kan. Yaiyalah, pasti aku datang lagi” jawab Kew dengan ketus
———————————————————————–
Lagi-lagi, Thun marah besar di tegah-tengah suasana rapat perusahaannya. Kali ini, pemicunya masih berkaitan dengan ulah Khun Tanong. Meskipun ia sudah dipecat, tetap saja jejak perbuatannya berimbas pada perusahaannya. Champagne yang ternyata masih memiliki ikatan persaudaraan dengan Khun Thanong, berusaha untuk membujuk Thun agar tidak melaporkan pamannya ke kantor polisi. Bagaimanapun juga, ia ingin melindungi nama baik keluarga ibunya. Namun, perbuatannya itu malah semakin memperkeruh suasana dan memicu timbulnya pertengkaran hebat diantara mereka.
“Pergi dari ruanganku!” tegas hun
“Thun… kamu marah padaku. Baiklah kalau begitu” ucap Champagne yang langsung pergi meninggalkan Thun
Segera setelah melihat Champagne keluar, Thun langsung meminta sekretarisnya untuk membawakan obat pusing serta menyuruh Kew untuk menemuinya sekarang juga.
Saat Kew sampai, ia dikejutkan dengan kondisi Thun yang sudah tergeletak di lantai. Ia beretriak minta tolong dan tak lama kemudian ambulance datang untuk membawa Thun ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Nee dan Champagne mengurus seluruh biaya administrasi. Saat mereka masuk ke ruangan tempat Thun dirawat, ternyata sudah tak ada siapapun disana.
———————————————————————–
Sambil merawat tanaman di depan rumahnya, Kew bercerita mengenai Thun kepada Yui. Mendengarnya, Yui jadi semakin penasaran utuk bertemu dengan sosok Thun. Tiba-tiba, bola mata Yui terbelalak, ia tersenyum dan bertanya, “Apakah orang yang bernama Mek itu ganteng dan blesteran?”
“Emangnya kenapa?” tanya balik Kew
Hal yang tak terduga, Mek yang masih mengenakan pakaian rumah sakit sudah berdiri dibelakang Kew seraya memegang sekuntum bunga, kemudian memanggilnya, “Khun Khaew…..”
Kew tak percaya akan apa yang dilihatnya, “Hmmm… Khun Thun… apa yang kamu lakukan disini? Kenapa kamu tidak berada di rumah sakit?”
Mek tersenyun, kemudian memberikan bunganya kepada Kew. Sekilas, kita langsung melihat adegan yang sama, namun terjadi di zaman Boran.
Yui menyela obrolan mereka dan meminta Kew untuk segera menerima bunga itu. Karena jika tidak, ia dengan senang hati akan menerima bunga itu.
“Tanganku kotor, aku mau mencuci tanganku, kamu pegang saja dulu bunganya” ucap Kew
Perlahan, Thun memasangkan bunga yang dipengangnya itu dikuping Kew.
Tiba-tiba suasana romantis itu terganggu, karena muncul Phu yang langsung menendang bokong Thun dari belakang. Ia menarik tangan Kew dan bertanya apa yang dilakukan Mek disini.
Mek langsung mengambil bambu yang tergeletak di tanah dan berancang-ancang untuk bertarung dengan Phu. Begitupun yang dilakukan oleh Phu, ia dengan sigat mengambil sapu lidi dibelakangnya dan mulai menunjukkan jurus andalannya. Namun, baru saja pertarungan dimulai, Mek langsung berhasil menjatuhkan sapu lidi yang dipegang Phu sehingga ia langsung lari terbirit-birit untuk menjauh dari Mek.
Lagi, menghilangnya Thun membuat Nee menjadi cemas tak karuan. Untungnya, Krit selalu berhasil menenangkannya. Apalagi, sekarang Krit sudah mengatahui kemana Thun pasti pergi disaat kondisi seperti ini.
Sementara itu, Kew memarahi Mek yang terlalu berlebihan dalam melawan Phu. Namun, Yui berpendapat lain, menurutnya Phu duluan yang mencari masalah, jadi kejadian ini memang pantas dialami oleh Phu.
“Jangan membela dia, Yui!” teriak Kew
Yui duduk di dekat Mek, dan berkata “Tuh… tidak ada yang mau membelamu! Maka aku sendiri yang akan selalu berada di sisimu… Jadi, tak usah khwatir”
Mek malah langsung membalikan badannya dan berkata, “Kamu itu wanita muda. Tapi, pakaianmu terlalu terbuka dan tak tahu malu.”
Yui langsung bangkit dari tempat duduknya dan pindah ke tempat yang lain. Kew bertanya, bahasa apa yang digunakan Mek, karena ia merasa asing saat mendengarnya.
“Kalian yang menggunakan bahasa aneh. Dan aku tidak bermaksud untuk melukai siapapun. Pria itulah yang ingin melukai Khun Khaew dan aku hanya bermaksud untuk melindungi Khun Khaew” ungkap Mek dengan dialek kunonya yang aneh
———————————————————————–
“Sepertinya dia terkena amnesia deh?” ucap Kew
“Mmmm… bagaimana kalau ternyata dia diguna-guna?” celetuk Phu
“Atau mungkin dia baru pulang dari luar negeri?” tanya Yui
“Ah entahlah aku juga bingung. Lantas sekarang kita harus bagaimana? Untung saja P’Korn tidak pulang, kalau dia pulang bisa terjadi masalah besar” ungkap Kew dengan nada frustasi
Tiba-tiba tercium bau sesuatu yang terbakar. sejenak mereka terdiam, kemudian… “Mek?!?!?!?!?” teriaknya
Saat diperiksa, ternyata Mek sedang asyik membakar ikan di kebun. Saat ditanya apa yang dilakukannya, Mek menjawab jika dirinya ingin memberikan makanan ini untuk Khun Khaew. Ia juga tak lupa untuk mengobati luka bengkak yang dialami oleh Phu akibat bertengkar dengannya. Ia menempelkan selembar daun Lily di lengan Phu.
Kew menarik tangan Yui dan mengajaknya berbicara, “Apa mungkin orang yang mengalami amnesia menjadi seperti itu?”, tanyanya
“Entahlah, aku juga tak tahu…” jawab Yui
Phu yang berdiri disamping Mek langsung bertanya apakah Mek ini hantu atau manusia. Tiba-tiba, ada sesuatu yang mengenai kepalanya. Saat berbalik, ia melihat seorang kakek tua yang tersenyum sambil memegang ikan bakar ditangannya.
Phu biasa saja, dan mengomeli kelakuan kakek tua itu. Namun, lama-kelamaan ia mulai menyadari sesuatu…
“Mmmmm… Mek, berapa banyak ikan yang kamu bakar?” tanya Phu terbata-bata
“Banyak…. Namun, aku sudah memberikannya kepada para arwah dan leluhur” jawab Mek
“Hah?!” Phu langsung jadi ketakutan, ia menoleh kebelakang dan minta maaf pada hantu kakek yang selalu tersenyum itu.
“Aduhhh… mukanya gitu banget. Mana dia gak punya gigi lagi” gumam Phu
Kew menghampirinya dan memintanya untuk tidak berbicara yang aneh-aneh. Ia pun meminta Mek untuk ikut pulang bersamanya dan segera mandi karena pakaian yang dikenakannya penuh dengan abu dari pembakaran.
———————————————————————–
Champagne dimarahi oleh ayahnya karena tidak berusaha mencari Thun yang menghilang. Padahal ia sudah berusaha untuk menghubungi seluruh orang yang dikenalnya demi menemukan Thun. Ayahnya, tak mau tahu dan memaksa Champagne untuk pergi keluar mencari Thun
Kew membawa Mek ke tempatnya biasa berkumpul dengan teman-temannya. Mek yang duduk di lantai, sibuk memperhatikan pakaiannya. Semua orang disana memperhatikannya tingkah lakunya dan tidak percaya kalau Mek adalah bos yang diceritakan Kew kemarin
“Sepertinya, dia ini memang gila. Dia harus segera pergi dari sini, atau lama-kelamaan kita bisa ikut gila sepertinya” celetuk Yai
“Jangan.. Khun Thun memintaku untuk merawatnya jika ia berubah menjadi seperti ini.” Jawab Kew
Akhirnya, mereka mau menerima Mek, satu persatu dari mereka memperkenalkan diri kepada Mek. Tingkah Mek yang benar-benar polos dan kuno membuat semua orang disana jadi tertawa.
Kew menyuruh Mek untuk duduk di kursi, karena lantai itu kotor. Ia pun bertanya apakah Mek mengenal Thun. Namun, Mek menjelaskan jika dirinya sama sekali tak pernah mendengar nama itu.
Yai meyakini, jika Mek mungkin saja terkenan guna-guna, ia mengeluarkan mengeluarkan jimat mereka untuk membuktikan apakah benda seperti itu memang berguna untuk menuntas hal ghaib. Yai membaca mantra, kemudian menyuruh Mac menyimpan jimat itu di leher.
Saat Mac melakukannya semua orang langsung berteriak ketakutan. Padahal, sama sekali tak terjadi hal apapun pada Mek…………
My Comment…
Panjang.. banget…
Itu dua kata komentar pertama aku tentang drama ini. nulis sinopsis satu episode ini aja berasa nulis dua episode drama Korea. Maklum lah yaa, seepisode-nya 2 jam kurang 10 menit. Ditambah nama-nama karakter yang emang agak kurang enak dibacanya.
Tapi, aku enjoy banget nulis sinopsis ini karena aku emang lagi seneng banget sama drama ini. Kalau kalian nontong langsung, pasti terus-terusan dibikin ketawa sama tingkah dan dialog temen-temennya si Kew. Mereka ini kocak bangettt dah
Mek itu polos bangettt, nada dan gaya bicaranya beda banget sama Thun. Kadang aku juga kepikiran, ini orang kayaknya lebih cocok disebut kerasukan daripada dibilang punya kepribadian ganda
*Terimakasih untuk tidak menulis spoiler dalam bentuk apapun di kolom komentar. Hargai yang belum nonton yaaaa……*
Pingback: TWO SPIRITS LOVE Episode 1 Part 3 | my-eternalstory
haha tapi saya langsung inget hyde jekyll and me lia. ngebayangin ni drama terinspirasi dari sana. btw agak nyeleneh saya suka quote lia dari reply. gatau kenapa saya melting lagi bacanya…
LikeLike
hehehehe, emang au juga pas baca presinopsis drama ini langsung keinget Hyde Jekyll. Tapi, diriku gak nonton itu waktu dulu.
Heheheh.. diriku juga, langsung senyum sendiri pas baca quote itu, lumayan lah buat ngodein orang mbak 😀
Kali aja, ada cowok yang baca blog ini langsung nembak cewek yg disukanya :p
LikeLike
Haha..so sweet banget quotenya. Yah diamini aja^^
LikeLike
Semakin banyak yang mengamini semakin cepat terkabul :p wkwkwkwk
LikeLike
lanjuttin dong cerita ya..
LikeLike
Next postingan yaaaaa 😀
LikeLike
Pingback: TWO SPIRITS LOVE Episode 2 Part 1 | my-eternalstory