AGE OF YOUTH EPISODE 3

Episode 2 <<<

Segala sesuau yang kita lakukan, dikontrol oleh diri kita sendiri. Meskipun tahu itu adalah hal buruk, jika kita ingin melakukannya maka kita akan melakukannya secara sadar, dan faham tentang resiko-resiko yang akan timbul karenanya…

Banyak yang bilang kalau hidup itu pilihan… yups, itu memang benar. Terserah kita mau memilih jalan yang mana. Jalan yang berbatu tapi berujung di tempat dengan pemandangan indah. Ataukah kita mau memilih jalanan lurus tanpa ujung yang akhirnya malah membuat kita kelelahan dan menganggap semuanya sia-sia saja…

Saat penyesalan itu tiba, kita ingin ikut bersama mereka yang melakukan perjalan melewati jalanan berbatu. Sayang,.. kita sudah tertinggal jauh. Pilihannya, kita mau bersusah payah untuk mengejar mereka, ataukah ingin diam ditempat dan mencaci mereka yang telah meninggalkan kita terlalu jauh????


== EPISODE 3 ==

[ I’ve never once loved myself #rotten roots ]

 

Hari yang cerah, Yi Na melangkahkan kakinya dengan penuh rasa percaya diri… Semua orang terutama pria, melihatnya dengan tatapan yang penuh ‘nafsu’. Beda hal-nya dengan para wanita yang malah memicingkan matanya saat melihat Yi Na.

Ini adalah hari, dimana ia biasa melakukan perawatan rutinnya disalon. Saat melakukan pembayaran, ia memberikan kartu kredt bertuliskan namanya… Namun, beberap detik kemudian, ia mengambilnya lagi dan menggantikannya dengan kartu bertuliskan nama seorang pria…


“Kujalani hidupku dengan simpel. Itu semua berkat penampilanku yang cantik dan seksi. Tapi, orang-orang selalu mencemooh mereka yang hidupnya simpel. Aku tidak mengerti, memangnya punya kehidupan yang simpel adalah sebuah dosa? Jika, seseorang memilih untuk hidup dengan cara yang susah,  apakah berati ia telah hidup dengan baik dan benar? Tak ada yang tahu mana yang benar dan mana yang salah, kecuali dia telah hidup 2 kali. Yups… Beginilah kehidupan.…..”

= Yi Na =


Selanjutnya, ia masuk ke sebuah kafe. Dari jauh, kedatangannya telah disambut oleh tatapan benci para wanita parubaya yang kebetulan sedang ‘nongkrong’ disana. Namun, Yi Na tak menghiraukannya sama sekali. Dengan kalem, ia duduk disalah satu kursi dan tak lama kemudian seorang pelayan pria menghampirinya.

Sudah bisa ditebak, pelayan itu lansgung berusaha menggodanya. Ia memberikan secangkir kopi dengan motif hati, tak lupa secarik kertas bertuliskan nomor telponnya ia selipkan dibawah cangkir. Yi Na melihatnya, ia pun memberikan senyuman manisnya kepada pria itu.

Suasana ‘lovey-dovey’ ini langsung berubah jadi kikuk, ketika muncul seorang pria berbadan buntet, gembul dan ‘kurang’ tampan yang berjalan lurus ke meja tempat Yi Na berada.

“Honey….” ucap Yi Na

Yupss… dari suara narasinya, kita mendengar Yi Na memaparkan, bahwa pria itu merupakan salah satu dari tiga pria yang dikencaninya saat ini. Bagaimana dan kapan mereka mulai berpacaran?

Sekitar 6 bulan yang lalu, pria itu menggodanya di bar. Yi Na mau menerimanya, karena ia tersentuh dengan kegigihan pria itu saat mendekatinya. Kemudian, pacarnya yang kedua adalah seorang pria muda tampan, mereka juga bertemu di bar, pria itu selalu melakukan hal romantis seperti memberikan bunga-bunga indah untuknya.

Dan yang terakhir adalah pria yang kemarin mengantarnya kerumah,.. Yupss, dokter gigi yang sudah menikah. Lagi-lagi, mereka juga bertemu di bar, dan dari semua kekasihnya, pria ini adalah yang paling disukasi oleh Yi Na. Karena, saat bertemu pertama kali, pria itu langsung memberikannya kartu kredit, dan Yi Na pun langsung menerimanya tanpa bertanya hal apapun lagi.

Lebih lanjutnya, Yi Na memaparkan jika masing-masing dari mereka telah mengetahui kebohongannya. Jadi, apa yang dilakukannya berdasarkan asas saling menguntungkan. Dia mendapatkan uang karena mereka telah memakai jasanya,…

———————————————————————–

Kembali ke adegan terakhir dari episode kemarin…..

Yi Na menyenderkan badannya di pintu kamar, sejenak ia terdiam, mendengarkan apa yang dikatakan oleh Ye Eun dari luar kamarnya.

“…. dia mendapatkan uang karena jual diri.. dengan kata lain, dia itu pelacur…”

Yi Na menghela nafasnya dalam-dalam, “Iya.. benar.. aku memang seorang pelacur. Aku mengakuinya dan menyadarinya. Tapi,.. mendengar orang lain menyebutku ‘pelacur’ terasa begitu menyakitkan…” gumamnya

Ketika yang lainnya sudah tertidur Yi Na pergi keluar. Ia mendatangi bar, tempat yang biasa didatanginya untuk ‘berburu’ gebetan. Seperti kita ketahui, pacarnya yang muda dan tampan, akhir-akhir ini selalu membahas uang, terakhir ia menyuruhnya untuk membatasi pengeluaran hanya 2 juta won saja. Yi Na mulai terganggu akan hal itu, makanya ia sedang berusaha mencari pria bar lagi.

Matanya melirik satu-persatu pria yang ada disana. Sempat, ia tertarik pada seorang pria parubaya yang mengenakan barang-barang ber-merk diseluruh badannya. Namun, niatnya langusng urung ketika melihat pria itu menatapnya sembari menggingit bibirnya penuh nafsu, “Dia terlalu berbahaya,.. aku tak mau mengambil resiko..”

Selanjutnya, datanglah seorang pria tua yang langsung duduk disamping Yi Na. Tentu saja, dia jauh dari kriteria idamannya, tampilan pria itu terlalu murahan, sama sekali tak cocok untuknya.

Singkat certia, ia pun memaparkan contoh tragedi yang dialami oleh seorang wanita yang berkencan dengan pria ‘kere’. Pemilik bar ini adalah salah satunya, ternyata seorang bartender yang bekerja dini adalah mantan kekasih wanita itu. Dulu, sang pacar memberikannya sebuah kado mahal. Tiba-tiba, ia dipenjarakan karena uang untuk membeli kado tersebut hasil penggelapan dana dari kantor tempatnya bekerja. Sekarang,.. mereka tetap bersama, meskipun sebagai pegawai dan pelayan.

Karena tak menemukan sasaran empuk, akhirnya Yi Na memutuskan untuk pulang. Saat kendak pergi, tak sengaja ia melihat beas luka sayatan di tangan pria tua yang duduk disampingnya itu….

Di rumah, para gadis sedang sibuk membahas fakta terbaru mengenai Yi Na. Kebohongan yang selanjutnya, berhasil terungkap: Yi Na, bukanlah seorang mahasiswa. Hal itu telah dipastikan sendiri, oleh Ji Won yang menanyakannya secara lansgung kepada salah satu temannya di jurusan bisnis.

“… Dia bahkan tak terbebani oleh biaya kuliah, dan sepertinya dia juga tak mengirimkan uang untuk keluarganya. Jadi, untuk apa dia menjual dirinya sendiri?….” tanya Ye Eun

Ji Won sedikit membela Yi Na, dengan megatakan bahwa di zaman sekarang banyak sekali orang yang melakukan hal seperti itu untuk mendapatkan hidup mewah dengan cara yang mudah..

“Ahhh… kalau seperi itu. Rasa-rasanya, dunia memag sudah mau kiamat…” tukas Ye Eun

Berbeda dengan yang lainnya, Jin Myung terlihat tak terkejut saat mendengar fakta ini. Ia hanya mengangguk faham dan tidak bertanya atau berkomentar apapun.

Eun Jae mengalihkan topik pembicaraan. Lagi-lagi, ia bertanya mengenai karakter hantu di loker sepatu “Apakah hantu itu memiliki warna?? Kalau iya, apa warnanya???…”

Ji Won terdiam sejenak, kemudian menjawab jika hantu itu berwarna abu-abu, menandakan perasaan sedih dan tertekan.

“Huh.. begitukah??? Apakah dirumah ini pernah ada pembunuhan atau pembantaian???” tanya Ye Eun kepada Jin Myung

“Tidak ada…” jawab Jin Myung

Ye Eun melirik Eun Jae, “Jangan-jangan… hantu itu mengikutimu. Dia (Ji Won), membahas mengenai hantu itu semenjak kamu pindah kesini…” ujarnya

Eun Jae tak menjawab apapun, ia hanya terdiam dan ekspresi wajahnya berubah cemas. Jin Myung menyela pembicaraan, mengatakan bahwa mungkin saja hantu itu bukanlah dari orang yang telah meninggal..

“Maksudmu….?”

“Kalau orang yang hanya mati otaknya (koma).. jiwanya akan pergi kemana?” tanya Jin Myung

Obrolan mereka usai, ketika melihat kedatangan Yi Na. Masih sama seperti sebelumnya, mereka memilih untuk tak saling berbicara. Yi Na berjalan lurus kekamarnya, tanpa menoleh kearah mereka sedikitpun, begitupula sebaliknya. Di dalam kamar, Yi Na mencium bau yang tidak sedap, terlihat dari ekspresi wajahnya yang berubah kesut. Ia melihat keselilingnya namun tak ada hal yang mencurigakan.

———————————————————————–

Keesokan paginya…

Eun Jae masuk ke kamar mandi setelah Yi Na. Sebuah hal menyedihkan yang tak diketahui oleh Yi Na adalah ketika Eun Jae bahkan perlu mengelap closet yang sebelumnya diduduki olehnya menggunakan tissue…

Ye Eun mengangkat jemurannya di balkon. Secara tak sengaja, ia memegang celana dalam milik Yi Na. Dalam benaknya, ia menduga-duga bahwa benda itu telah terkontaminasi oleh bakteri-bakteri kotor bekas perbuatan menjijikan yang dilakukan Yi Na dengan pria-pria ‘kekasih’-nya. Ye Eun, memisahkan CD itu dengan cara menyomotnya ‘jijik’, kemudian menggantungnya kembali secara asal-asalan.

Tanpa disadarinya, sedari tadi Yi Na berada dibelakangnya. Sembari memegang secangkir kopi, ia hanya terdiam, menatapnya sembari bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia harus menangis atau tertawa??

Saat pergi ke bar, Yi Na lagi-lagi bertemu dengan pria tua yang tempoo hari, Oh Jong Gyoo (Choi Duk Moon). Secara sadar, Yi Na malah menceritakan segala keluh kesahnya pada Jong Gyoo, mengatakan bahwa dirinya sangat merasa malu sekaligus kesal ketika diperlakukan layaknya seseorang yang mengidap HIV oleh teman serumahnya.

“Tunggu dulu.. kenapa kamu menceritakannya padaku?” tanya Jong Gyoo

“Uhmmm.. biarlah, toh kamu gak akan mungkin jadi pacarku…” jawab Yi Na

Mendengar jawaban itu, membuat Jong Gyoo langsung terdiam, menundukan kepalanya (kecewa?). Yi Na melihat reaksinya dan bertanya, apakah mungkin Jong Gyoo ingin menjadi pacarnya?

Jong Gyoo langsung menggelengkan kepalanya dan mengatakan ‘tidak…’

Yi Na melnajutkan curhatnya, kali ini ia bertanya-tanya apakah dirinya harus pindah dari rumah itu? Namun, tanpa perlu menunggu jawaban ia lansgung berkata jika dirinya tak perlu pindah, jika mereka tak mengusirnya.

“Memangnya aku salah apa, hingga aku harus pindah…”

“Kamu telah membohongi mereka..”

“Mereka juga tak selalu berkata jujur! Mereka bahkan bertingkah lebih buruk daripadaku! Meminta uang pada orangtuanya untuk les atau praktikum, padahal digunakan untuk biaya berlibur bersama pacarnya. Pakaian, sepatu dan make-up-ku juga mereka gunakan seenaknya! Bukankah kelakuan mereka juga tak ada bedanya denganku! Aku berkata yang sebenarnya pada semua klienku, aku mengungkapkan kalau aku bukanlah seorang mahasiswi. Padahal, perempuan-perempuan lain yang bekerja sepertiku lebih memilih untuk berbohong dibawah kedok ‘mahasiswi’-nya….” ungkap Yi Na dengan nada penuh emosi

“Apakah ada suatu alasan yang membuatmu ingin tinggal disana? Meskipun kamu harus selalu berbohong?” tanya Jong Gyoo

Yi Na hendak menjawab pertanyaan itu, namun ponselnya tiba-tiba berdering. Itu adalah telpon dari pacar nomor 2, nampaknya ia diajak bertemu malam ini. Yi Na yang tadinya sedang kesal segera merubah nada bicaranya menjadi ceria dan semangat.

Ia pun pergi bersama pacarnya, menaiki sebuah mobil sport mewah. Di depan hotel, Yi Na merajuk, mengatakan jika dirinya kelaparan. Meskipun sempat kesal, akhirnya sang pacar memutar balik mobilnya dan membawa Yi Na ke sebuah restoran terdekat.

Kebetulan,.. itu adalah restoran tempat Jin Myung bekerja. Yi Na menatapnya, namun Jin Myung berusaha untuk menghindarinya. Yi Na yang asalnya pergi ke restoran ini untuk makan, malah jadi meghabiskan waktunya untuk melamun…

FLASHBACK

Ternyata,….

Jin Myung adalah orang yang pernah menyelamatkan Yi Na dari serangan dua orang wanita yang menghajarnya karena telah ketahuan tidur dengan salah satu suami mereka. Kebetulan, kejadian itu terjadi di depan minimarket tempat Jin Myung bekerja.

Waktu itu, Jin Myung menyelatkannya tanpa bertanya apapun padanya, sekalinya bertanya ia malah menanyakan apakah kondisi Yi Na baik-baik saja….

Sepertinya, takdir memang menginginkan mereka berdekatan. Suatu hari, Yi Na melihat-lihat kamar kosong di ‘Belle Epoque’ dan Jin Myung telah tinggal disana lebih dulu. Mereka bertemu lagi, Jin Myung menganggap Yi Na adalah orang kaya karena tindakannya yang menginginkan kamar untuk satu orang.

“Apakah kamu mahasiswa?” tanya Jin Myung

Yi Na terdiam sejenak, kemudian dengan tergagap ia mengiyakannya…

FLASHBACK END

Lamunan Yi Na terputus ketika sang pacar memanggilnya, sedaritadi Yi Na hanya memainkan makan dipiringnya, “Apakah makanannya tidak enak???”

Yi Na menggelengkan kepalanya, mengatakan jika ia sedang memikirkan sesuatu, “Awal dari sebuah kebohongan..”

“Maksudmu???” tanya sang pacar

“Ohh.. tidak.. bukan apa-apa, kok..”

———————————————————————–

Jae Wan berlari menuju sebuah bis, ia tak masuk kedalam, tapi malah bertanya tentang ini dan itu kepada sang supir. Tak lama kemudian, datanglah Jin Myung yang nampaknya telah berlari tergesa-gesa demi menaiki bus ini.

Ternyata, hal barusan dilakukannya hanyalah supaya Jin Myung tidak ketinggalan bis terakhir untuk pulang. Jin Myung menyadari niat baiknya, namun tak ada ucapan terimakasih atau lambaian tangan sekalipun untuknya.

Ketika bus mulai berjalan, Jae Wan melambaikan tangan sembari memberikan senyuman ter-manisnya. Alih-alih membalas senyumannya, Jin Myung malah terus menunjukkan wajah datarnya. Sekali ia melihat kearahnya, namun tak melakukan apa-apa, setelah beberapa saat, barulah kita melihat Jin Myung tersenyum kecil, sangatt kecil…..

Jin Myung turun dari bis dan melanjutkan perjalanan pulangnya dengan berjalan kaki. Kebetulan, Yi Na juga sedang menaiki taxi menuju ke arah tempat tinggalnya. Mereka berpapasan, Yi Na melihat Jin Myung, namun ia memilih untuk melewatinya begitu saja.

Didalam kamarnya, lagi-lagi Yi Na mencium bau tak sedap. Kali ini, ia bekerja lebih keras untuk menemukan sumbernya. Ternyata… bau itu berasal dari tanaman layu yang tersimpan diruangan kaca dekat balkon. Akarnya sudah busuk dan dikerumuni oleh banyak belatung.

Daripada bau itu terus mengganggunya, Yi Na pun membuang jauh-jauh rasa jijik-nya, memasukkan tanaman itu kedalam kresek untuk kemudian dibuang ke tompat sampah.

Saat itu juga, ia melihat Jin Myung yang baru pulang. Ia menyinggung perihal pertemuan mereka di restoran, dan bertanya mengapa Jin Myung tak menyapanya.

“Meskipun kita saling mengenal, aku tak boleh mengobrol denganmu.. Karena aku sedang bekerja…” jawab Jin Myung

Yi Na menyadari betapa beratnya pekerjaan Jin Myung, tanpa fikir panjang, ia pun menawarkan Jin Myung untuk melakukan pekerjaan yang sama dengannya. Bahkan, ia akan membantunya untuk mencari pria yang cocok untuk Jin Myung.

“Oh.. tidak, terimakasih…” jawab Jin Myung yang lansgung berjalan masuk ke kamarnya

Yi Na pergi ke bar lagi, kali ini ia seperti sedang menunggu seseorang, dan orang itu adalah Jong Gyoo. Terbukti, ketika melihatnya datang, Yi Na langsung menceritakan keluh kesahnya lagi. Dari ekspresinya, bisa ditebak jika Jong Gyoo sama sekali tak tertarik akan isi curhatan Yi Na.

Hal itu tak berlangsung lama, hingga Yi Na membahas mengenai Jin Myung, “Nona,.. sepertinya sangat mempedulikan mahasiswi itu..” ujarnya

Yi Na mengelak hal tersebut, ia pun bangkit dari kursinya dan pindah duduk disamping seorang pria ‘agak’ tua yang nampaknya kaya raya..

Ketika Yi Na sedang sibuk ‘menggoda’ gebetan barunya, Jin Myung sibuk menahan kantuk karena bekerja part time di sebuah mini market. Waktu luangnya, ia gunakan untuk belajar. Namun, bekerja di tempat seperti ini di malam hari sangatlah beresiko, apalagi untuk seorang wanita sepertinya.

Ada seorang pria mencurigakan yang masuk, mengenakan topi yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Ia berjalan menuju salah satu rak, namun entah apa yang diambilnya. Kemudian ia melakukan pembayaran ke cashier. Tangan Jin Myung sudah bersiap-siap untuk memencet bel keamanan, namun ternyata pria itu bukanlah penjahat. Ia menutup wajahnya untuk menutupi rasa malunya karena hanya membeli alat kontrasepsi…

Setelah bekerja semalaman, Jin Myung sangat hebat karena masih bisa datang ke kampus tepat waktu. Meskipun konsekuensiny, ia jadi mengantuk selama lecture berlangsung.

Saat jam makan siang, Eun Jae masih terus saja diganggu oleh Jong Yeol. Kebetulan, ia melihat Jin Myung yang tengah duduk sendirian. Ia pun memutuskan untuk duduk bersamanya dan mengadukan perbuatan mengesalkan Jong Yeol kepadanya. Mendengar hal itu, Jin Myung tak bereaksi apapun, ia hanya melihat wajah Jong Yeol sekilas kemudian melanjutkan membaca bukunya.

Namun, Eun Jae berusaha mengajakanya mengobrol. Ia mengawali pembicaraan dengan bertanya, apakah dikampus masih ada budaya per-bully-an, “Dulu di SMA aku selalu di-bully, sehingga aku tak punya banyak teman. Makanya, sekarang aku sangat ingin punya banyak teman…” ujarnya

Ponsel Jin Myung berbunyi, itu merupakan notifikasi dari sebuah pesan masuk yang mengabarkan bahwa sejumlah uang telah di-transfer ke rekeningnya. Selanjutnya, Jin Myung merespon curhatan Eun Jae, mengatakan jika itu adalah harapan yang sangat ‘ecek-ecek’ jika dibandingkan dengannya yang harus selalu terbebani dengan biaya kuliah dan dan yang lainnya.

———————————————————————–

Malam harinya, Eun Jae datang ke acara gathering bersama teman-teman satu jurusannya. Bertempat di sebuah diskotik yang cukup ramai dan berisik, ia lebih memilih untuk menyendiri dan minum sendirian saja. Tak sengaja, Jong Yeol melihatnya, dan tentu saja lansgung menghampirinya untuk menggodanya.

Meskipun melihat reaksi Eun Jae yang menjauhinya, Jong Yeol malah semakin berusaha untuk mendekatinya. Ia bahkan menarikany untuk ikut menari di lantai dansa. Dirinya menari heboh, sementara Eun Jae memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur.

Ketika berjalan menaiki tangga, terdengar suara tepuk tangan riuh. Eun Jae membalikkan badannya dan melihat Ji Won yang sedang asyik menari di tengah-tengah kerumunan orang. Ia pun kembali ke lantai disko, karena ingin melihatnya lebih dekat. Ia terkagum-kagum akan keberanian dan kelincahan Ji Won yang menari ditengah keramaian seperti ini.

Teringatlah ia, saat-saat ketika Ji Won selalu menjadi malaikat pelindungnya. Dari awal kenal, Ji Won-lah satu-satunya orang yang selalu berada di barisan paling depan yang mau menolongnya.

Hanya Ji Won yang berani memarahi tukang salon yang salah mengeriting rambut Eun Jae, kemudian memarahi pelayan toko karena menjual baju bolong kepada Eun Jae, dan juga memarahi pelayan kedai karena ada sehelai rambut di kuah sup milik Eun Jae. Semua itu adalah hal kecil yang berhasil membuat Ji Won memiliki tempat tersendiri di dalam hati dan fikiran Eun Jae (bukan sebagai pacar,, tapi sebagai pelindung…)

Pulang kerumah, Eun Jae terus mendekati Ji Won. Ia minta diajari caranya bisa menari seheboh dan seriuh dan dilakukan oleh Ji Won tadi. Dengan sebisanya, Eun Jae menunjukkan tariannya yang sangat kaku tapi lucu. Awalnya, Ji Won memperhatikannya, namun perhatiannya teralih ketika ia mendapat sms dari temannya yanng menawarinya kencan buta.

Tentu saja, Ji Won langsung mengiyakannya. Ia sempat membayangkan akan seperti apa wajah pria itu, “Ahhh…. jelekpun tak apa..”. Ketika melihat fotonya, Ji Won lagsung tertegun, pria itu ternyata tergolong cuku tampan. Ia pun bersiap-siap untuk pergi, sementara Eun Jae memilih untuk berlatih menari di dalam kamarnya sendirian.

Ji Won bertemu dengan pria-nya di sebuah kafe. Dengan mudah, Ji Won berhasil menciptakan suasana tawa diantara mereka. Terlihat, jika si pria begitu menikmati segala jenis lelucon yang terlontar dari bibir Ji Won. Bahkan, saat mereka hendak berjalan menuju bis, tak ada perilaku ‘penolakan’. Mereka menaiki bis yang berbeda, namun saling melambaikan tangan penuh gembira.

Hal itu, tentu saja membuat Ji Won jadi sangat gembira. Ia terus bernyanyi dan menari hingga sampai dirumah. Dengan bangganya, ia pun menceritakan kejadian ini pada Ye Eun, “Sepetinya kencanku yang kali ini berhasil…..” ujarnya yang langsung masuk ke dalam kamar.

Ye Eun malah terlihat murung, ia terus mengecek ponselnya, melihat kalau pesan yang dikirimkannya kepada Doo Young, bahkan tak di read-olehnya sekalipun…. (Awww… sebel bangett itumah…)

Saat masuk ke kamarnya, Ye Eun terkejut, melihat Ji Won yang sedang terduduk lesu di kasur..

“Ada apa??? Jangan bilang,… kamu ditolak lagi????”

Ji Won menghela nafasnya dalam-dalam, kemudian menjawab “Iya…”

Jadi, barusan saja ia mendapat sms dari teman yang men-comblangkannya. Nah, pria yang barusn dikencaninya itu mengakatakan kalau Ji Won adalah orang yang sangat baik, namun ia hanya ingin agar mereka berteman saja, tidak lebih daripada itu…

Ye Eun bertanya, mengapa hal itu bisa terjadi ketika Ji Won merasa kalau mereka sangatlah cocok, “Jangan-jangan kamu terus membicarakan lelucon anehmu itu.. Seberapa banyak presentase kamu berbicara dibandingkan dia???”

Ji Won awalnya tak menjawab dengan jujur, namun setelah ditekan, akhirnya ia mengatakan kalau presentase dirinya berbicara dihadapan pria itu adalah 75%… yang menandakan bahwa selama berkencan, Ji Won adalah orang yang terlalu mendominasi pembicaraan.

“Aku melakukannya, karena takut pertemuan kita jadi garing…” ujar Ji Won

Ye Eun mengecek ponselnya yang berbunyi, berharap kalau itu dari pacarnya. Sayangnya, bukan…

“Ahhh… kenapa dia tiba-tiba menghilang..” keluh Ye Eun

Ji Won yang berada disampingnya menghela nafas dalam-dalam, kemudian berkata, “Kapan aku bisa mengeluhkan hal yang sama sepertimu….”

Setelah menunggu lama, akhirnya Doo Young membalas chat dari Ye Eun. Ia memberitahukan bahwa dirinya sedang berada di luar dan mengajak Ye Eun untuk bergabung bersamanya. Tentu saja, itu membuat Ye Eun menjadi bersemangat lagi. Ia pun lansggung berganti pakaian dan merias wajahnya dengan cantik.

Saat hendak membuka pintu keluar, ia mendapat pesan lagi dari Doo Young,

‘Kamu tak udah jadi datang kesini.. aku sudah mau pulang..’

Sontak wajah ceria Ye Eun berubah jadi kusut, tak lupa ia membalas chat dari pacarnya dengan berkata, ‘Ohh.. baguslah, aku juga sudah ngantuk. Ingin tidur…’ (lagi.. lagi… bohong…). Ia berjalan lesu, masuk kedalam rumah. Kebetulan, ada Yi Na yang sedang menyeduh kopi, dan melihat kepulangannya “Loh.. kamu gak jadi pergi..?”

Pertanyaan itu membuat Ye Eun yang sedang kesal berubah jadi dongkol. Apalagi, ia menyadari jika Yi Na minum menggunakan mug miliknya. Segera, ia merebutnya dan mencucinya, sambil menggurutu mengatakan bahwa bibir Yi Na pastilah sangat ‘kotor’

Perdebatan diantara mereka semakin memanas, sehingga membuat Eun Jae dan Ji Won keluar kamar untk mleihatnya. Tak lama kemudian, Jin Myung juga pulang. Ye Eun secara gamblang menyebut bibir Yi Na sagat menjijilan karena pastinya telah digunakan untuk berbuat hal kotor dengan banyak pria.

Yi Na tak terima, ia lansgung menarik kepala Ye Eun dan mencium bibirnya.. tepat dibibirnya…

“Kalau memang ucapanmu benar! Tunggu saja, apakah bibirmu akan jadi membusuk karena terkena bibirku!!!!!”

Ketika Ye Eun mengadukan kejadian kemarin kepada Doo Young, Yi Na sendiri menceritakan semuanya kepada Jong Gyoo. Bahkan, ia mengutarakan niatannya untuk pindah dari rumah tempat tinggalnya sekarang. Alih-alih memperhatikan ceritanya, Yong Gyoo malah terlihat lebih penasaran dengan bekas luka cakar di leher Yi Na.

Keinginan Yi Na untuk pindah, semakin diperkuat setelah pacarnya yang ke-3 (dokter gigi), memperlihatkannya sebuah apartemen sederhana yang masih belum diisi, ia pun mempersilahkan Yi Na untuk mendekorasi tempat itu sesuai seleranya.

Tiba-tiba, Yi Na teringat saat ketika Jin Myung menolak tawarannya yang ingin mencarikan Jin Myung seorang ‘pacar’ agar bisa hidup mudah sepertinya. Ia pun mengeluh kelaparan dan mengajak kekasihnya untuk menemaninya makan.

Makan dimana? Tentu saja di resotan tempat Jin Myung bekerja…

Kali ini, Yi Na sengaja meminta agar duduk di meja yang nantinya akan dilayani oleh Jin Myung. Dihadapan kekasihnya, ia terus berusaha mengajak Jin Myung megobrol meskipun tak pernah direspon sekalipun.

“Apakah kamu mengenalnya???” tanya sang pacar

“Yups… dia adalah teman serumahku. Dia bekerja sangat keras, aku harap kamu mau memberikanya tip yang lumayan banyak…” ucap Yi Na

Saat Jin Myung membersihkan meja bekas Yi Na dan pacarnya makan tadi, telah tersimpan 2 lembar uang pecahan 50 ribu won. Entah apa yang difikirkannya, namun ekspresinya tetap datar dan ia pun memilih untuk mengambil uang itu, dan menyimpannya.

Selanjutnya, Jin Myung berjalan memasuki dapur, pandangannya terlihat begitu kosong, karena ia sedang memikirkan semua perkataan Ji Won padanya. Tiba-tiba, datanglah Jae Wan yang lansgung membawanya keluar, dengan dalih butuh bantuannya untuk mengerjakan sesuatu.

Padahal, diluar Jae Wan hanya meminta Jin Myung untuk duduk beristirahat, sebuah cemilan manispun telah tersaji di dekat tempat duduknya, “Kamu terlihat begitu kelelahan… makanan manis, setidaknya bisa mengembalikan energimu…” ujarnya

Jin Myung merasa penasaran, lantas ia bertanya bagaimana bisa Jae Wan mengetahui kalau dirinya sedang kelelahan???

“Mmm… Ketika itu berhubungan dengan seseorang yang disukainya, maka mudah untuk mengetahuinya…” ucap Jae Wan

Sejenak, Jin Myung terdiam. Kemudian, ia tersenyum.. hanya sedikit tersenyum.. Ia malah mengerjai Jae Wan dengan mengatakan bahwa kuenya tak enak, padahal sebaliknya… dan justru lelucon simple inilah yang berhasil membuat mereka tertawa lebar bersamaan…

Jin Myung berjalan pulang kerumahnya, lagi-lagi Yi Na yang selalu pulang naik taxi berpapasan dengannnya. Kali ini, Yi Na tak lewat begitu saja. Ia meminta pak supir untuk berhenti, kemudian membuka jendelanya, memanggil JIn Myung dan mengajaknya untuk ikut bersamanya.

Namun, Jin Myug menolak.. Akhirnya Yi Na-lah yang turun dan memilih untuk jalan kaki bersamanya. Langkah mereka, diiringi dengan obrolan dingkat penuh makna.

Diawali oleh Yi Na yang bertanya mengapa cita-cita Jin Myung hanyalah menjadi seorang pegawai kantoran biasa. Padahal, sudah menjadi rahasia umum kalau pegawai kantoran, harus menghabiskan seluruh waktunya untuk bekerja keras, dan untuk seorang wanita seringkali menjadi bahan pelecehan dari bos pria-nya.

“Aku mengetahuinya dan terkadang aku juga merasa malu. Alangkah bagusnya kalau mimpiku jadi astronot atau Sekjen PBB….” keluh Jin Myung

Kemudian Yi Na menjelaskan jikalau dirinya tadi menceritakan kondisi Jin Myung pada sang pacar, “Dia mau membayar biaya kuliahmu… Kamu tak perlu melakukan apapun, cukup anggap saja itu sebagai beasiswa..”

Tanpa perlu pikir panjang, Jin Myung lansgung menolaknya. Yi Na kesal, ia pun bertanya apakah Jin Myung membencinya?

Jin Myung tak menjawabnya dan malah bertanya balik, “Kamu sendiri? Bukankah kam membenciku? Kenapa…?”

Yi Na terdiam tak menjawab apapun hingga membuat Jin Myung memilih untuk berjalan pergi meninggalkannya. Melihat kepergian Jin Myung, Yi Na mulai mengungkapan jawabannya, terdengar dari lantunan suara narasinya..


“Aku membencimu karena aku iri padamu. Aku membencimu karena kamu tak punya apa-apa atas namamu, dan itu membuatku merasa sangat miskin.  Aku membencimu karena kau membuatku iri padamu. Aku membencimu karena aku ingin jadi sepertimu, tapi aku tak bisa. Jadi tak ada hal lain yang bisa kulakukan, kecuali membencimu. Karena itu bau….. Ada bau busuk dari kedengkianku.”

= Yi Na =


Di rumah, Ye Eun sedang sibuk menghasut yang lainnya agar mau mengusir Yi Na. Namun, respon dari Eun Jae atau Ji Won tak sebegitu keras sepertinya. Mereka malah cenderung, menganggap kesalah Yi Na tak menyakiti mereka, jadi tak ada kepentingan untuk mengusirnya.

“Dia itu menjual dirinya! Bagaimana kalau tiba-tiba ada lelaki tak jelas datang kesini? Atau salah satu istri pacarnya datang dan mengobrak-abrik semuanya! Coba bayangkan kalau orang tua kalian tahu. Kalian kira mereka akan tinggal diam?”

Kebetulan, Jin Myung datang, Ye Eun yang melihatnya lansgung meminta pendapatnya.. Belum juga menjawab, muncullah Yi Na. Ia mendengar semuanya dan dengan lantang, mengatakan bahwa mereka tak perlu mengusirnya karena dirinya sendiri-lah yang akan pergi meninggalkan rumah ini.

Yi Na menyendiri dikamarnya, meminkan lampu meja sambil memerhatikan gelang misterius yang kita lihat sebelumnya..

Beralih ke sebuah kamar kecil, di dindingnya terpajang foto-foto dan identitas lengkap Yi Na, hingga tempat yang sering dikunjunginya. Tak lama kemudian, ada seorang pria yang masuk dan itu adalah Jong Gyoo……

== Bersambung ==


[ EPILOG ]

( Kang Yi Na )

Q : Berapa banyak pacarmu saat ini?

A : Masa nggak tahu, kan sudah lihat semuanya?

Q : Berapa total pengeluaranmu perbulannya?

A : Entahlah. Tak pernah kuhitung. Mungkin sekitar 8 juta won?

Q : Sudah diperlihatkan kamu iri pada Yoon Jin Myung. Katakan, kenapa kamu iri padanya?

A : Hidupnya begitu rajin, dan itu membuatnya terlihat bodoh

Q : Kami kaget saat kau mencium Jung Ye Eun. Bagaimana rasanya?

A : Pertanyaan macam apa itu? Beberapa orang mengatakan kalau itu pelecehan seksual. Kalau memang begitu, tuntut saja aku

Q : Kau tahu kalau kau seksi?

A : Tiap hari aku ngaca, jadi…

Q : Mana bagian tubuhmu yang paling kamu suka?

A : Bagian lekukan badanku..

Q : Apa artinya gelang itu untukmu?

A : Itu… itu adalah jimat…


:::: NOTES ::::

Jadi… Jong Gyoo itu, another stalker????

Episode ini berhasil bikin aku faham, semuanya dari sudut pandang Yi Na. Pada dasarnya, seorang perempuan tuh punya sifat yang mirip kayak dia. Cuman, ada beberapa yang berhasil membuang sifat itu jauh-jauh dan ada yang gagal (tuh bentukannya kayak Yi Na..)

Sebenernya, akan lebih dimengerti lagi kalau Yi Na ‘jual diri’ karena dia adalah seorang mahasiswa yang gak punya duit buat kuliah. Tapi faktanya,… dia bukan mahasiswa dan kayaknya dia gak punya keluarga (?)

So, buat apa dia nyari duit banyak? Kenapa dia terobsesi belanja barang-barang mahal? Dan kenapa pula, dia bohong sama temen-temen satu rumah-nya, yang notabennya bukan siapa-siapa buat dia?

Chef Jae Wan!!!! Awalnya, aku fikir dia tipe playboy gitu.. Setelah lihat attitude-nya ke Jin Myung di episode ini aku jadi ikutan meleleh.. Kok kuat sih, Jin Myung gak klepek-klepek setelah digombalin sama cowok seganteng dia.

Ooh.. yang adegan ciuman itu.. agak jijik sih. Tapi, kata aku mendingan kayak gitu daripada mereka saling jambak-jambakan dan cakar-cakaran lebih parah… Lagian, aku sih lihatnya lucu-lucuan aja, hehehe…

>>> Episode 4 <<<

16 thoughts on “AGE OF YOUTH EPISODE 3

  1. Pingback: AGE OF YOUTH EPISODE 2 | my-eternalstory

  2. Iya lia wkwkwk ngakak aja liat scene itu, toh mereka jg illfeel banget
    Saya sukansesi interviewnya, drama ini emang…
    Spoiler ya ngeliatin gimana mereka makin dewasa hehe

    Like

  3. Pingback: AGE OF YOUTH EPISODE 4 | my-eternalstory

  4. Pingback: SINOPSIS Age of Youth Episode 1 - Terakhir (Lengkap)

  5. Pingback: Sinopsis Age Of Youth Episode 1 - Terakhir « Kdramastory

  6. Pingback: SINOPSIS Age of Youth Episode 1 – Episode Terakhir – SinopsisDrama99.com

  7. Pingback: Age of Youth – Site Title

Leave a reply to dira Cancel reply